Dahulu Tionghoa ke Nusantara, Jokowi Teken Bahasa Mandarin Masuk Kurikulum, Kenapa Marah Besar Pak Amien?
Kuli-Kuli Bangka keturunan Tionghoa di cucian bijih hancur pada tahun 1890 (KITLV)--
China, negara berpenduduk semiliar lebih ini telah lahir menjadi raksasa ekonomi baru. Menurut data World Trade Organization (WTO), besarnya nilai ekspor China sudah mampu menggeser Jerman di urutan pertama.
Produk China tidak hanya membanjiri Asia, tapi sudah mampu membuat penguasa pasar kapitalis di barat sana ketar-ketir. Agaknya pemain-pemain lama di Eropa dan Amerika benar-benar sempoyongan akibat krisis global tahun 2008 kemarin.
Bahkan Jepang mengaku khawatir dengan ekspansi produk China. Terlihat dari pusat-pusat perbelanjaan di Jepang yang tidak malu-malu lagi menjual produk China.
BACA JUGA:Sulit Ditebak, Sosok Bunian Tak Punya Lekukan Vertikal Antara Pangkal Hidung dan Batas Bibir Atas
China sukses menggoda investor kelas kakap untuk membiayai industrinya. Hal itu sangat meyakinkan karena beberapa sebab.
Pertama, pasar China sangat besar dilihat dari penduduknya. Penduduk yang besar juga memberi sumber daya manusia tak terbatas bagi industri. Belum lagi jaringan etnis China yang menyebar di seluruh sudut bumi.
Kedua, stabilitas negara yang menjamin keamanan berinvestasi. Saking amannya, kekuatan perlawanan yang dinilai menganggu, benar-benar dikunci mati.
Di tingkat makro, pemerintah China bekerja sama dengan bank sentralnya bahu membahu menstabilkan tingkat inflasi.
Bank-bank China juga terkenal dengan suku bunga kredit perbankan kecil, hanya 3-7 persen per tahun. Di Indonesia bisa 12-15 persen per tahun.
BACA JUGA:Suhu Bumi Mendidih, 298 Spesimen Homo Berubah Selama 50.000 Tahun, Otak Manusia Semakin Mengecil
Belum infrastruktur yang menggegerkan, selama tiga dekade, China membangun jalan raya dengan total panjang 3,5 juta kilometer yang menghubungkan kota dengan pelosok desa dan hampir 4 ribu pelabuhan angkut tersebar di seluruh pesisir pantai China.
Ketiga, visi kepemimpinan. Deng Xiapoing pada dekade 80-an mulai membuka keran untuk pembangunan ekonomi. Deng pernah menghadapi reses ekonomi selepas turunnya pamor komunisme/etatisme puritan.
Akhirnya pemerintah menelurkan ide Township and Village Enterprise (TVEs), sebuah gerakan usaha kecil menengah. Hasil penelitian dan riset dari universitas dan lembaga penelitian, tak dibiarkan mengendap jadi sebuah buku. Pemerintah China menggelontorkan dana ke desa-desa untuk mewujudkan inovasi dari penelitian itu.
BACA JUGA:Engga Ada Sosok Lain, Makhkuk Ini Lebih Agresif Saat Suhu Panas, Kok Bisa?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: