Apa Benar Ciri-ciri Majalengka Dulunya Lautan? Sungai Cikeruh Jalur Perlintasan Kapal VOC
--
RADARMAJALENGKA.COM- Majalengka merupakan salah satu kabupaten di Tatar Pasundan, Jawa Barat. Kabupaten Majalengka memiliki 26 kecamatan, 13 kelurahan, dan 330 desa.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di utara, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan di timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya di selatan, serta Kabupaten Sumedang di barat.
BACA JUGA:Mirip Sangiran, Jejak Hewan Seberat 9 Ton Pertanda Ada Manusia Purba di Majalengka?
Bagian utara wilayah kabupaten Majalengka adalah dataran rendah, sedang di bagian selatan berupa pegunungan. Gunung Ciremai (3.076 m) berada di bagian timur, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Kuningan. Gunung ini adalah gunung tertinggi di Provinsi Jawa Barat, dan merupakan taman nasional, dengan nama Taman Nasional Gunung Ciremai.
Ada yang menarik perhatian, Kabupaten Majalengka merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang tidak mempunyai laut atau pantai. Namun di sana ada dua desa yang namanya identik dengan lautan, yakni Palabuan dan Tenjolayar.
Nama Palabuan dan Tenjolayar sendiri diambil dari bahasa Sunda. Palabuan dalam bahasa Indonesia yang berarti Pelabuhan, sedangkan Tenjolayar artinya melihat layar.
Oleh karena itu keberadaan dua desa tersebut banyak mengundang tanya, apakah Majalengka dulunya lautan?
BACA JUGA:Fosil Diduga Gigi Hiu Megalodon Ditemukan di Majalengka
Penemuan-penemuan fosil yang identik dengan lautan. Salah satu dugaan penemuan gigi hiu Megalodon di Desa Nunuk Baru, Maja.
Warga Majalengka juga digegerkan atas ditemukannya sebuah benda yang diduga mirip dengan fosil keong laut tahun 2022.
Fosil tersebut pertama kali ditemukan oleh salah seorang warga Desa Bonang, Panyingkiran. Fosil tersebut ditemukan di sebuah pelataran sawah di desa setempat.
Fosil gundukan cangkang keong itu juga memiliki ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa. Fosil itu diperkirakan sudah berusia jutaan tahun lalu.
Tak hanya itu, ada pabrik kapur di Baribis, Garawangi, Bongas. Diketahui, gunung kapur sebagai bahan pabrik kapur itu adalah berasal dari tumpukan fosil atau rumah kerang laut.
Di sekitar Baribis juga ditemukan banyak fosil kerang. Dan dulu di Baribis ada pabrik kapur, bahannya dari sekitar bukit-bukit Baribis. Kapur berasal dari fosil hewan lautan.
Meski banyak temuan fosil yang identik dengan laut di Majalengka. Tentunya, perlu penelitian yanglebih dalam lagi mengenai dugaan hal tersebut. Hingga saat ini, belum ada penelitian dan kajian serius terkait bukti dulunya Majalengka adalah lautan.
BACA JUGA:Ada di Indonesia, 3 Tahun 7 Bulan Sulit Ditangkap, Harun Masiku Seperti Punya Mantra Menghilang
Di sisi lain, penamaan Desa Palabuan dan Tenjolayar tidak berhubungan langsung dengan laut.
Nama-nama desa ini berkaitan dengan jalur transportasi air yang dulunya ada di wilayah tersebut. Sungai Cikeruh menjadi jalur perlintasan kapal yang menghubungkan keduanya.
Pada masa pemerintahan tradisional, VOC, dan Kolonial Belanda, sungai Cikeruh digunakan sebagai jalur transportasi air dan pengangkutan kayu jati.
Di Jawa Barat ada tiga sungai yang dijadikan jalur transportasi hasil hutan dan perkebunan itu, yaitu Citarum, Ciliwung, dan Cimanuk. Pelabuhan besar di daerah Cirebon untuk menyimpan kayu jati itu adalah Indramayu di muara sungai Cimanuk.
Sebelum dihilirkan, kayu jati itu juga perlu diolah terlebih dahulu. Untuk keperluan itu dibuatlah pabrik penggergajian kayu bertenaga air.
Salah satu pabrik pengolahan kayu jati bertenaga air itu dibangun Belanda di tepian sungai di daerah Sikaro tahun 1487.
Sikaro dalam peta Belanda, sering ditulis dengan Tjikro, ada kalanya ditulis dengan Tjikeroeh. Jadi, dapat diduga daerah Sikaro itu berada di sekitar sungai Cikeruh, dalam wilayah Kabupten Majalengka sekarang.
BACA JUGA:Nomor Kapal 3909 04 Simbol Titanic Tenggelam? Siapa Pembaca Angka Itu Belum Terungkap
Dalam salah satu peta Belanda, Tjikro (Tjikaro) itu berada di arah selatan jalan, di kaki gunung Ciremay De Berg Sirmeij ofte Chirboa. Di timur utaranya, utara jalan raya, tertulis Cundanglassi (Sindangkasih).
Hutan-hutan jati terletak di sebelah timur Tjikro, timur sungai Cikeruh (Tjikaro)–dalam peta perkebunan jati di bawah wilayah itu adalah wilayah TEJA.
Tentu wilayah Cikeruh dan pabrik penggergajian kayu jati di Cikeruh itu sebelum ada jalan raya pos yang dibangun oleh paksaan Daendels tahun 1811-an, walaupun peta dibuat kemungkinan setelah ada jalan raya pos.
BACA JUGA:Sejarah Panjang Baribis Majalengka, Ditemukan Fosil Binatang Purba, Sekarang Ada Taman Air Mancur
Bisa jadi, kedekatan Desa Palabuan dengan sungai Cikeruh memunculkan nama tersebut, karena di sana terdapat pelabuhan air tempat perahu kecil dan besar bersandar.
Sementara itu, Desa Tenjolayar, yang lokasinya dekat dengan sungai Cikeruh, dinamai demikian karena terlihat layar-layar perahu yang berlayar di sungai.
“Tenjo” berarti “melihat” dalam bahasa Sunda, dan “layar” mengacu pada layar perahu yang dibentangkan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: