Jauh Sebelum Nama Nusantara, Rupanya Istilah Sunda dalam Ilmu Bumi Tidak Ada Hubungan dengan Nama Suku

 Jauh Sebelum Nama Nusantara, Rupanya Istilah Sunda dalam Ilmu Bumi Tidak Ada Hubungan dengan Nama Suku

Peta Insulae Iavae Pars Occidentalis Edente Hadriano Relando, 1753, Gerard van Keulen (1678-1726).--

Naskah Sanghyang Kandang Karesian ditulis menggunakan aksara Budha dan bahasa Sunda Kuno. Dalam naskah ini ditemukan kalimat “…anggeus ma urang pulang deui ka Sunda, hanteu bisa carék Jawa…” yang berarti "setelah kita kembali ke Sunda, tidak dapat berbicara bahasa Jawa”.

BACA JUGA:Ada di Indonesia, 3 Tahun 7 Bulan Sulit Ditangkap, Harun Masiku Seperti Punya Mantra Menghilang

Nama Sunda juga termaktub dalam naskah Amanat Galunggung (kropak 632). Naskah ini diperkirakan disusun pada abad ke-15, ditulis pada daun lontar dan nipah menggunakan aksara Buda dan bahasa Sunda Kuno.

Dalam naskah Amanat Galunggung pada bagian recto terdapat kalimat “…jaga dapetna pretapa dapetna pegengön sakti, bönangna (ku) Sunda, Jawa, La(m)pung…” yang berarti “waspadalah kemungkinan direbutnya kemuliaan (kewibawaan) dan pegangan kesaktian (kejayaan) oleh Sunda, Jawa, Lampung”.

Naskah berikutnya yang menyebut nama Sunda yaitu naskah Bujangga Manik. Naskah ini diperkirakan disusun pada akhir abad ke-15, ditulis pada daun nipah menggunakan aksara dan bahasa Sunda Kuno.

Dalam naskah Bujangga Manik ditemukan kalimat “Sadatang ka tungtung Su(n)da, meu(n)tasing di Cipamali, datang ka alas Jawa” yang berarti “Setelah mencapai ujung dari Sunda, menyeberangi sungai Cipamali, tibalah di daerah Jawa”.

Sedangkan naskah lebih muda yang menyebut nama Sunda adalah naskah Carita Parahyangan (kropak 406). Naskah ini disusun pada akhir abad ke-16, ditulis pada daun lontar menggunakan aksara dan bahasa Sunda Kuno.

Dalam naskah Carita Parahyangan terdapat beberapa kalimat yang menyebutkan tentang “tohaan di Sunda” yang berarti “yang dipertuan di Sunda”.

BACA JUGA:Benarkah 1.157 Penumpang Titanic Tewas karena Kutukan Mumi Mesir?

Namun nama Sunda diperkirakan sudah ada sejak zaman dahulu kala. Guru Besar Emeritus Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Koesoemadinata mengatakan nama Sunda berasal dari kata Cuddha dalam bahasa Sansekerta yang berarti putih.

Ahli geologi Reinout van Bemmelen, kata Koesoemadinata, menulis jika terdapat gunung api besar bernama Gunung Sunda Purba di utara Bandung pada zaman Pleistosen. Erupsi gunung ini membuat daerah sekitarnya tertutupi dengan abu vulkanik putih.

BACA JUGA:Kutukan bagi Pria Kerajaan Inggris, Berlian Koh-i-noor Tidak Muncul Saat Penobatan Raja Charles III?

“Konon menurut beliau, di zaman Pleistosen, di utara Bandung (saat ini) terbentuk gunung api raksasa yang dinamainya Gunung Sunda Purba,” ujarnya.

Gunung api ini mengalami erupsi dengan sangat dahsyat dan menutupi wilayah di sekitarnya dengan abu vulkanik berwarna putih.

Wilayah sekitar Gunung Sunda Purba diyakini sudah berpenduduk berdasarkan bukti yang ditemukan pada sejumlah artefak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: