Jauh Sebelum Tol Cisumdawu, Prabu Wretakendayun hingga Prabu Siliwangi Bikin Jalan Cepat, Ini Buktinya

Jauh Sebelum Tol Cisumdawu,  Prabu Wretakendayun hingga Prabu Siliwangi Bikin Jalan Cepat, Ini Buktinya

Pakuan Pajajaran./Foto: Istimewa--

Karena, jalan ke arah Bojong awalnya merupakan jalan kontrak, yang dibuat untuk kepentingan perkebunan teh, sama halnya dengan jalan Sindangpanon ke Pondoksalam.

Menurut sejarawan anggapan bahwa jalan yang dibangun masa Pajajaran itu melalui Gandasoli dan keluar dari Galian, tidak masuk akal.

BACA JUGA:Tak Disangka, Hewan Berbadan Besar Ini Pernah Hidup di Sini, Majalengka Disebut Jembatan Daratan, Apa Itu?

Jika jalan tersebut yang dipergunakan, maka pusat Kota Wanayasa tidak akan berada di tempatnya saat ini, tapi di jalur jalan antara Babakan-Gandasoli.

Alur Logikanya, jalan Pajajaran itu, adalah yang dekat menuju Gudang Kopi dan melalui Alun-alun Wanayasa.

Fakta. perkebunan kopi ditanam di Priangan, termasuk di Wanayasa pada awal abad ke-18. Kopi mulai ditanam di Priangan tahun 1707, ditanam secara besar-besaran sepuluh tahun kemudian.

Gudang kopi di Wanayasa diperkirakan dibangun pada pertengahan abad ke-18, setelah tanaman kopi dipanen dan menampakkan hasilnya yang menggembirakan VOC.

BACA JUGA:Kutukan bagi Pria Kerajaan Inggris, Berlian Koh-i-noor Tidak Muncul Saat Penobatan Raja Charles III?

Haryoto Koento dalam bukunya Wajah Bandung Tempo Doeloe. Di situ dijelaskan jalan yang menyusuri Sungai Cikapundung (Kota Bandung sekarang), mulai dari Alun-alun-Jalan Braga-Coblong-Dago hingga ke Maribaya, pada abad ke-17 bernama Jalan Wanayasa.

Dari Maribaya berbelok ke utara, melewati jalan lama Cupunagara, Sanca, yang tembus ke Cisalak. Dari sana orang bisa memilih ke selatan menuju Sumedang dan ke barat menuju Wanayasa.

Jalur jalan yang sama juga dipergunakan oleh orang Bandung ketika mengangkuti material pembangunan gedung-gedung pemerintah, ketika ada wacana memindahkan ibu kota Pemerintah Hindia Belanda ke Bandung sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

BACA JUGA:Masih Adakah Orang Percaya pada Teori Konspirasi?

Material-material itu dibawa dari Batavia dengan kapal ke Pelabuhan Cikao, kemudian diangkut dengan pedati kerbau ke Bandung melalui jalur jalan Pajajaran. Banyak orang Bandung yang harus menginap bermalam, bahkan bermukim di Cikao, sehingga sejak itu namanya menjadi Cikaobandung.

Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja dalam Carita Parahyangan. Sang Maharaja membuat karya besar, salah satunya membangun jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri.

Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini masih bisa terjejaki, namun tak kurang yang musnah termakan jaman. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: