Durian Sumarna

Durian Sumarna

DURIAN ENAK: CEO Radar Cirebon Group, Yanto S Utomo di kebun durian di Desa Teja, Kecamatan Rajagaluh, Majalengka. Sementara itu, tampak Nang Sumarna saat memikul durian.-dok.pribadi-Radarmajalengka.com

Catatan: Yanto S Utomo
CEO Radar Cirebon Group

BARU kali ini, selama 23 tahun lebih tinggal di Cirebon, bisa merasakan sensasi durian yang luar biasa enak. Durian dari hasil kebun di lereng Gunung Ciremai ini, ditekuni oleh sosok inovatif. “Durian Sumarna” namanya.

Sabtu kemarin, saya setengah harian berada di kebun durian milik Nang Sumarna. Kebun yang luasnya sekitar 1 hektare itu berada di lereng Gunung Ciremai. Tepatnya di Desa Teja, Kecamatan Rajagaluh, Majalengka.

Kebun tersebut berada di Blok Porang. Tak jauh dari Curug Tonjong. Sekitar 100 meter dari jalan menanjak menuju petilasan Prabu Siliwangi di Desa Pajajar. Untuk sampai ke kebun tersebut memang bisa dijangkau dengan mobil. Namun hanya cukup satu mobil.

Tapi jangan khawatir, jalan menuju Blok Porang tersebut hanya ada beberapa rumah saja. Jarang ada kendaraan roda 4 yang lewat jalan sempit itu. Blok tersebut biasa-biasa saja. Bahkan hanya jurang dan ada beberapa rumah saja yang ada di sana. Yang sangat istimewa, tentu kebun di jurang itu. Sebagian besar ditanami durian berbagai macam jenis.

BACA JUGA:Jadi Caleg PPP DPR RI, Yanto Irianto Siap Wujudkan Supremasi Hukum

Sebenarnya ke tempat itu hanya ingin membeli madu hutan yang dijual Nang Sumarna. Sosok ini memang dikenal sebagai pawang dan pemburu madu odeng. Urusan lebah madu, seantero Rajagaluh pasti kenal sosok ini.
Tapi yang kaget bukan urusan madu, melainkan 5 buah durian yang ada di tempat itu. Ternyata, durian-durian tersebut sengaja disiapkan untuk saya. Durian yang dihasilkan dari kebun tersebut.

Awalnya 1 buah durian dibuka. Baru beberapa saat habis. Kemudian membuka durian yang jenis lain, juga langsung habis. Satu buah lagi durian pun, lenyap seketika. Ketiganya ternyata “durian jatuhan”. Begitu lezatnya rasanya.

Seandainya yang 2 buah lagi sudah matang, kemungkinan juga habis di tempat itu. Untung yang 2 buah, masih menunggu 2 hari lagi sehingga selamat dan bisa dibawa pulang. “Ini durian yang paling enak, selama saya tinggal di Cirebon,” ungkap saya tanpa basa-basi kepada Nang Sumarna.

Menurut Nang Sumarna, 3 buah durian yang saya santap, 1  jenis durian D24 Matahari dan 1 buah durian Cane. Keduanya memang jenis durian asal Malaysia, tapi ditanam, tumbuh, besar di kebun miliknya tersebut.
Tapi saya lebih suka menyebut 3 buah yang saya santap tersebut dengan nama “Durian Sumarna”.

BACA JUGA:Melihat Potret Kantor Pos yang Jadi Titik Nol Kota Cirebon dan Bangunan Cagar Budaya

Sebab, dari tangannya berbagai jenis durian, termasuk dari negeri jiran tersebut, bisa sehebat dan selezat itu. Yang paling menarik, bukan hanya makan duriannya yang sangat lezat itu, tetapi juga obrolan dengan Nang Sumarna, pemilik kebun. 

Ditemani hujan yang tak begitu deras, dia bercerita tentang kebun dan budidaya durian.
Pria berusia 42 tahun ini, sebenarnya pekerjaan utamanya bukan di kebun atau sebagai pemburu madu odeng. Hari-hari lebih banyak bekerja di toko bangunan miliknya. “Kalau Sabtu dan Minggu memang saya habiskan waktu di kebun. Istri yang menjaga toko,” ungkapnya.

Di kebun Blok Porang miliknya itu, ada banyak jenis durian yang ditanam. Lebih dari 20 jenis durian yang dia tanam. Dia menyebut puluhan jenis kadu yang ada di kebunnya itu dengan istilah durian komersil.

“Istilah ini untuk membedakan dengan durian hasil hutan atau kadu leuweung. Durian di kebun saya ini hasil budidaya. Ini namanya durian komersil,” jelasnya. Disebut durian komersil karena harga per buah atau per kilogramnya kebih mahal dengan kadu leuweung. “Bisa dicek harganya antara durian dari hutan dan hasil budidaya pasti beda,” kata Nang Sumarna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: