Sunda Mataraman dan Kisah Perubahan Nama dari Galuh Menjadi Ciamis, Apa Kaitannya?

Sunda Mataraman dan Kisah Perubahan Nama dari Galuh Menjadi Ciamis, Apa Kaitannya?

Tanjakan jahim di perbatasan Ciamis dan Majalengka. Ada istilah Sunda Mataraman yang dikaitkan dengan perubahan nama Galuh menjadi Ciamis.-Syarif Thoyibi/Ist-radarmajalengka.com

BACA JUGA:Gelar Customer Gathering, PLN Sumedang Bersinergi Dukung Pertumbuhan Ekonomi

Setelah Prabu Cipta Sanghiang di Galuh meninggal, ia digantikan oleh puteranya bernama Ujang Ngekel bergelar Prabu Galuh Cipta Permana (1610-1618). Ia berkedudukan di Garatengah. Daerah sekitar Cineam. Daerah ini sekarang masuk wilayah Kabupaten Tasikmalaya.

Prabu Galuh Cipta Permana telah masuk Islam. Semula ia beragama Hindu. Ia menikah dengan puteri Maharaja Kawali bernama Tanduran di Anjung. 

Selain Gara Tengah, di wilayah Galuh terdapat pusat-pusat kekuasaan, dikepalai oleh seseorang yang berkedudukan sebagai bupati dalam arti raja kecil. Pusat-pusat kekuasaan itu antara lain Cibatu, Utama (Ciancang), Kertabumi (Bojong Lopang), dan Imbanagara.

Mataram menguasai Galuh kemudian baru Sumedang Larang (1620). Hal ini dalam usaha Mataram menjadikan Priangan sebagai daerah pertahanan di bagian barat. 

BACA JUGA:Teori Konspirasi Merebak dalam Kebakaran Hutan Hebat Hawaii, Ada Rumah Beratap Merah di Pulau Maui Terlindungi

Terutama dalam menghadapi kemungkinan serangan pasukan Banten dan Kompeni yang berkedudukan di Batavia. 

Kekuasaan Mataram di Galuh lebih tampak ketika Mataram diperintah oleh Sultan Agung (1613-1645). Ketika itu Galuh diperintah oleh Adipati Panaekan (1618-1625), putera Prabu Galuh Cipta Permana, selaku Bupati Wedana. 

Penguasaan Mataram terhadap Galuh dan Sumedang Larang sifatnya berbeda. Galuh dikuasai oleh Mataram melalui cara kekerasan, karena pihak Galuh melakukan perlawanan. 

Sebaliknya, Sumedang Larang jatuh ke bawah kekuasaan Mataram karena berserah diri, antara lain karena adanya hubungan keluarga antara Raden Aria Suriadiwangsa penguasa Sumdang Larang dengan penguasa Mataram.

BACA JUGA:Catatkan Sejarah, Maxi Yamaha Day Hadir di Kaltim untuk Pertama Kalinya

Tahun 1628 Mataram merencanakan penyerangan terhadap Kompeni di Batavia dan meminta bantuan para kepala daerah di Priangan. 

Ternyata rencana itu menimbulkan perbedaan pendapat yang berujung menjadi perselisihan di antara para kepada daerah di Priangan. Dalam hal ini, Adipati Panaekan berselisih dengan adik iparnya, yaitu Dipati Kertabumi, Bupati Bojonglopang, putera Prabu Dimuntur. 

Dalam perselisihan itu Adipati Panaekan terbunuh (1625). Ia digantikan oleh puteranya bernama Mas Dipati Imbanagara yang berkedudukan di Garatengah (Cineam). 

Pada masa pemerintahan Dipati Imbanagara, ibukota Kabupaten Galuh dipindahkan dari Garatengah (Cineam) ke Calincing. Tidak lama kemudian pindah lagi ke Bendanegara (Panyingkiran).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: