Perang Dunia I Jalur Rel Ini Tertunda, Tak Disangka Dulu Stasiun Kereta Api Ini Halte

Perang Dunia I Jalur Rel Ini Tertunda, Tak Disangka Dulu Stasiun Kereta Api Ini Halte

Staisun Kereta Api Bumiayu Tahun 1935--

RADARMAJALENGKA.COM-jSejarah terkait kota Bumiayu ini sangat unik dan sangat menarik untuk dibicarakan turun temurun kepada anak cucu kelak.

Bumiayu merupakan kota kecil dibagian selatan kabupaten Brebes, yang mana kota Bumiayu ini dijadikan sebagai pusat aktivitas masyarakat di Brebes bagian selatan seperti Tonjong, Sirampog, Bantarkawung, Paguyangan dan Salem.

BACA JUGA:Cikal Bakal Gunung Ciremai, Jangan Ucap 'Poek' di Kawasan Purba Ini, Konon Ada Gapura Emas

Menilik sejarah mengenai asal usul pemberian nama Bumiayu yaitu pada jaman dahulu nama Bumiayu tersebut diberikan oleh seorang raja bernama Adipati Anom atau masyarakat dahulu mengenalnya seorang Amangkurat dua, yang pada saat itu melakukan pelarian hingga sampai ke Tegal.

Saat sampai di Bumiayu (sebelum diberi nama) Amangkurat dua didaerah Bumiayu bertemu dengan penduduk sekitar yang berparas cantik atau dalam bahasa Bumiayu itu berparas ayu, hingga saat itu Amangkurat dua memberi nama kota ini sebagai kota Bumiayu.

BACA JUGA:Majalengka Dilalui Ancaman Besar Sesar Ini, Bentangannya Sepanjang 100 Kilometer, Pernah Guncang Batavia

Menyoal transportasi yang ada di daerah ini, vital sekali untuk menunjang mobilitas perekonomian.

Di Kabupaten Brebes terdapat sejumlah Stasiun Kereta Api (KA). Selain Stasiun Bulakamba dan Ketanggungan, ada pula Stasiun KA Bumiayu.

Stasiun kereta api ini berlokasi di Jalan Stasiun, Dusun Taloksari Kulon, Desa Dukuhturi, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

BACA JUGA:Pastikan Saldo Kartu Uang Elektronik, Tol Cisumdawu Ruas Cimalaka-Ujung Jaya Tak Gratis, Ini Besaran Tarifnya

Stasiun Bumiayu merupakan salah satu stasiun kereta api kelas II yang berada di bawah manajemen PT KAI Persero Daerah Operasi (Daop) 5 Purwokerto yang berada di ketinggian +236,45 meter di atas permukaan laut.

Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur Pasar Talok Sumber Rezek ± 230 meter, atau sebelah selatan Lapangan Talok ± 400 meter.


Lokasi Stasiun Bumiayu ditandai lingkaran berwarna merah. Sementara itu letak pabrik tapioca ditandai lingkaran berwarna biru. Peta tahun 1918. (Sumber: Maps.library.leiden.edu)--

BACA JUGA:2 Kecamatan Dekat Bandara Kertajati Ini Bisa Jadi Pilihan untuk Dimekarkan, Hanya Satu Pisah dari Majalengka

Dikutip dari laman KAI, pembangunan Stasiun KA Bumiayu ini bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Cirebon-Prupuk/Margasari-Kroya sepanjang 158 kilometer.

Pengerjaannya dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS) di bawah pimpinan SS yang ke-11, Ir. M.H. Damme (1913-1919), pada tahun 1916/1917.

Dan jalur tersebut merupakan bagian dari proyek jalur kereta api untuk jalur bagian barat (Westerlijnen).

BACA JUGA:Cikal Bakal Gunung Ciremai, Jangan Ucap 'Poek' di Kawasan Purba Ini, Konon Ada Gapura Emas

Usulan pembangunan jalur rel Cirebon-Prupuk/Margasari-Kroya ini sebenarnya sudah disetujui dengan dikeluarkannya Undang-Undang 31 Desember 1912 (de Wet van 31 December 1912).

Karena keadaan selama Perang Dunia I, pelaksanaan konstruksi jalur rel tersebut menjadi tertunda.

Tujuan pembangunan jalur tersebut adalah untuk memperpendek jarak antara Jakarta-Surabaya.

BACA JUGA:Ada Sungai Purba di Bawah Laut Jawa, Bukti Biologisnya Hewan Ini, Jejaknya di Belitung Timur

Sebelumnya jalur yang ditempuh antara Jakarta-Surabaya selalu melewati daerah Priangan selatan yang berkelok-kelok melintasi perbukitan yang sering menanjak.

Sedangkan, untuk jalur yang melintasi Bumiayu ini memiliki ketinggian tertinggi tidak lebih dari 340 meter, yang dapat di atasi antara Prupuk dan Purwokerto (56 kilometer) dengan kemiringan tidak lebih dari 14 persen dengan jalur melengkung sejauh 300 meter.

Pelaksanaan pembangunan jalur rel Cirebon-Prupuk/Margasari-Kroya dilakukan dari dua arah, yaitu utara (Cirebon) dan selatan (Kroya), serta dibagi dalam tiga tahap.

BACA JUGA:Sodancho Soeprijadi, Melarikan Diri ke Banten Selatan dan Menteri Pertahanan dan Keamanan Itu Hilang ,

Tahap 1 dari Cirebon hingga Margasari, dan tahap 2 dari Kroya ke Patuguran. Kedua jalur tersebut diresmikan bersamaan pada 1 Juli 1916.

Kemudian tahap 3, pengerjaan jalur Margasari-Patuguran. Jalur tahap 3 ini merupakan jalur terberat karena banyak melintasi jurang. Sehingga jalur rel tersebut banyak memiliki lintasan rel dengan jembatan berkolom tinggi.

Jalur Margasari-Patuguran ini dibuka untuk umum pada 1 Januari 1917, dan sekaligus diresmikannya stasiun atau halte yang berada di lintasan tersebut.

BACA JUGA:Fenomena Suara Misterius di Bumi Sumenep, Dahulu Abad Ke- 5 Masehi Disebut 'Kemarahan Tuhan'

Salah satu stasiun tersebut adalah Stasiun Bumiayu (Treinstation te Boemiajoe). Ketika didirikan, Stasiun Bumiayu masih merupakan sebuah halte (di bawah stasiun kelas III).

Stasiun Bumiayu memiliki 4 jalur kereta api dengan jalur 2 dan 3 sebagai sepur lurus.

Jalur 2 digunakan sebagai sepur lurus arah ke Stasiun Kretek hingga Purwokerto, dan jalur 3 difungsikan sebagai sepur lurus arah ke Stasiun Linggapura hingga Cirebon.

BACA JUGA:Jaringan Kontroversial Ini Pernah Merambah di Kota Wali, 7 Tahun Cirebon Dipimpin Seorang Freemason

Selain itu, di stasiun ini juga terdapat 3 sepur badug, dua sisi barat (menyambung di jalur 1 dan 4) dan satu sisi timur (bercabang dari jalur 1).

Stasiun KA Bumiayu ini tergolong stasiun yang ramai. Banyak kereta api yang melintas maupun singgah di stasiun tersebut. Emplasemennya pun terlihat bersih dan rapi. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: