Jaringan Kontroversial Ini Pernah Merambah di Kota Wali, 7 Tahun Cirebon Dipimpin Seorang Freemason
Balai kota Cirebon pertama kali dibangun tahun 1924 di masa kolonial Belanda dan selesai di tahun 1927. Dulunya disebut “Gemeentekantoor van Cheribon” lebih kurang sama dengan “Balai Kota Cirebon”. Gemeente kira-kira sama dengan Kotapraja atau Kotamadya. --
RADARMAJALENGKA.COM-Kota Cirebon ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya.
Cirebon merupakan salah satu kota besar di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah.
BACA JUGA:Ternyata Jalan Ini Nama Aktivis Freemason di Cirebon
Tak hanya itu, Cirebon juga memiliki nilai sejarah yang sangat kuat sebagai salah satu peta persebaran sejarah Islam nusantara
Salah satu yang menarik, di Cirebon, pernah berdiri sebuah komunitas sekuler yang dikenal dengan sebutan Freemasonry. Secara resmi, perkumpulan ini berdiri pada 1 Maret 1920 di Cirebon.
"Nama resmi dari komunitas kelembagaan ini bernama Freemasonry Kring Cirebon atau dengan nama Belanda Vrijmetselarij-Kring Cheribon," tulis Asep Achmad Hidayat dan tim risetnya.
Asep menulisnya kepada Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya dalam jurnal berjudul Dari Orang Belanda Sampai Elit Bumiputera: Kajian Sejarah Freemasonry di Kota Cirebon 1900-1942, terbit tahun 2020.
Sebagai sebuah gerakan yang menentang doktrin keagamaan, Freemasonry seringkali berkonfrontasi dengan kelompok-kelompok agama namun simbol Freemasonry ditemukan di makam tokoh besar penyebar Islam yang berada di Cirebon, kota para wali.
Freemasonry adalah perkumpulan rahasia yang kontroversial, didirikan tahun 1717 dan menyebar ke Belanda tahun 1756. Penelitian Th. Stevens dan Hylkema, menunjukkan bahwa di Hindia Belanda, Freemasonry telah berdiri sejak 1767 dan pernah memiliki 25 loji dengan 1.500 anggota.
BACA JUGA:Harimau Putih dan Loreng, Duduk Perkara Penjelmaan Prabu Siliwangi dan Sisa-Sisa Prajurit Pajajaran
Sebut saja R. M. A. Pandji Ariodinoto, seorang Regent (Bupati) dan orang penting di Cirebon (bertahta sejak tahun 1920-1927), merupakan seorang aktivis dalam Freemason Kring Cirebon.
Keikutsertaan para pengurus itu akan memuluskan karir para anggota dengan kewajiban "saling membantu antara sesama anggota (Freemason) sebagai saudara perkumpulan," tulis Asep dan tim.
Setelah didominasi oleh kalangan elit Belanda sejak akhir abad 20 sampai berdirinya Kring Cirebon, keanggotaan Freemasonry di Cirebon ternyata memiliki sejumlah anggota dari kalangan bangsawan dan elit pribumi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: