Wow Ternyata, Objek Wisata Tirtamaya Memiliki Cagar Budaya Salah Satunya Tersimpan Perahu Kuno Abad 17 Masehi

Wow Ternyata, Objek Wisata Tirtamaya Memiliki Cagar Budaya Salah Satunya Tersimpan Perahu Kuno Abad 17 Masehi

Perahu Kuno dari Abad 17 Masehi Tersimpan Di Area Objek Wisata Tirtamaya-Anang Syahroni-RADAR INDRAMAYU

INDRAMAYU, RADARMAJALENGKA.COM – Siapa sih yang tak kenal objek wisata Pantai Tirtamaya Desa Juntikedokan, Kecamatan Juntinyuat, bagi masyarakat Kabupaten Indramayu objek wisata satu ini memang sudah terkenal, namun dibalik terkenal dan keindahan alam pantainya, mungkin sebagai pengunjung tidak tahu bahwa di dalam objek wisata ini di dalam salah satu bangunan terdapat objek cagar budaya yaitu perahu kuno yang diperkirakan berasal dari abad ke 17 atau 18 masehi.

Penjaga Cagar Budaya Perahu Kuno, Kamira mengatakan perahu kuno yang memiliki panjang sekitar 11,5 meter, lebar 3 meter, dan tinggi 1,5 meter. ditemukan tanpa sengaja oleh warga Desa Lombang, Kecamatan Juntinyuat, pada kedalaman 3 meter saat menggali tanah untuk membuat sumur.  Setelah itu pada tanggal 1 Februari 1992 dilakukan pengangkatan atau pemindahan perahu ke lokasi objek wisata Tirtamaya, sekitar 300 meter dari tempat penemuan semula.



"Saat ditemukan, ikut ditemukan juga pecahan keramik asing dan lokal, lidi, ijuk, sampai ada tulang-tulang hewan diduga berjenis kerbau, untuk perahunya sendiri berbahan dasar kayu trembesi dan beberapa bagian lainnya itu terbuat dari besi," ucapnya, Selasa (20/6).

Diungkapkan Kamira, berdasarkan pendalaman dan diteliti oleh para ahli struktur dan konstruksi perahu  tergolong ke dalam tipe lokal yang sudah dikenal luas oleh masyarakat setempat. Kemudian penggunaan galaran menjadi indikasi bahwa perahu tersebut merupakan jenis perahu angkutan, bukan perahu nelayan.

BACA JUGA:Bank Mandiri Genjot Kepemilikan Kendaraan Listrik Melalui Kopra dan Livin

BACA JUGA:WASPADA! Pemberangkatan Pekerja Migran Jalur Ilegal, Kasus Lebih Banyak Ditemukan di Kabupaten Cirebon

"Karena di lingkungan pesisir Indramayu perahu nelayan tidak memakai galaran, melainkan hanya memakai satu lapis papan saja," terangnya

Sehingga sambung Kamira bisa diketahui bahwa perahu kuno ini bukan merupakan perahu dengan tradisi Asia Tenggara, namun dilihat dari struktur, konstruksi, dan cara pengerjaannya, perahu kuno itu memiliki ciri perpaduan antara tradisi Asia Tenggara dan tradisi Cina.

"Kita bisa lihat ya dari penggunaan paku besi sebagai penyambung papan dengan gading-gading, paduan tradisi ini dikenal dengan sebutan tradisi Laut Cina Selatan," tukasnya. (oni)

BACA JUGA:BNI Beri Layanan Digitalisasi Transaksi bagi Pelaku UMKM

BACA JUGA:5 Sepeda Listrik Termahal di Indonesia, Seperti Apa Ya, Yuk Kita intip Spesifikasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: