Jatiwangi Art Factory, dari Genteng Tanah Liat hingga Bisa Mendunia

Jatiwangi Art Factory, dari Genteng Tanah Liat hingga Bisa Mendunia

Jatiwangi Arf Factory mendunia lewat seni pertunjukan genteng tanah liat. -Ist-radarmajalengka.com

Radarmajalengka.com, MAJALENGKA - Setelah sukses mencuri perhatian lewat seni pertunjukan, para pegiat seni dari Jatiwangi art Factory (JaF) Majalengka terus menampilkan karya terbaiknya dalam event documenta fifteen Kassel, Jerman.

Kali ini mereka kembali berusaha mencuri perhatian warga dunia melalui penampilan seni rupa.

Sejumlah karya seni rupa yang ditampilkan dalam event lima tahunan itu, beberapa di antaranya karya berbasis tanah liat, yakni keramik. Melalui keramik, mereka mengenalkan sosok di balik lahirnya Genteng Jatiwangi.

Diketahui, JaF sendiri sudah menggeluti karya berbasis tanah liat khususnya keramik sudah cukup lama. Lewat karya keramik bertajuk tulisan 'Oemar Was Here' mereka seakan mengajak warga dunia untuk mengetahui tokoh Genteng Jatiwangi tersebut.

BACA JUGA:Baliho Kang Nana Dibongkar Paksa

"Zaman dahulu kala ada Haji Oemar Maroef yang memulai memenuhi kebutuhan membangun musala untuk kepentingan di wilayahnya dengan memanfaatkan sumber daya tanah liat menjadi genteng," kata penggagas JaF, Ginggi Syar Hasyim.

 Diceritakan mantan kepala Desa Jatisura kecamatan Jatiwangi ini, pada tahun 1905-an tepatnya pada pemerintahan kolonial Belanda, Haji Oemar Maroef meminta mengawali langkah membuat genteng secara masal kepada masyarakat.

"1905 pemerintah kolonial Belanda memerintahkan warga belajar membuat genteng dan bata untuk memenuhi kebutuhan mega proyek membangun beberapa pabrik gula. Saat itulah mulai juga diperkenalkan sistem industrialisasi," ujarnya.

Singkat cerita, ia mengisahkan, pada tahun 2005 di Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, JaF, mulai mengusung tanah liat sebagai bahan untuk berkarya.

BACA JUGA:Patung Prabu Siliwangi dari Talaga Manggung, Hanya Tinggal Foto, Aslinya ke Mana?

Tahun 2005 JaF berdiri menggagas komoditas genteng dan bata menjadi identitas. Kemudian tahun 2012 masyarakat Jatiwangi mulai membuat, meneguhkan komoditas menjadi identitas melalui Rampak Genteng pertama dan membacakan ikrar Jatiwangi bersama.

Sementara di tahun 2018 kabupaten Majalengka menetapkan kembali menjadi kota terakota. "Semua dimulai dari Oemar," tambahnya.

Sementara itu, tokoh di balik Genteng Jatiwangi itu kini terpampang di documenta fifteen, tepatnya di Hubner Areal. Karya seni rupa Oemar itu, menghiasi Hubner areal selama pameran itu berlangsung, hingga September 2022.

Dari sejumlah sumber, H Oemar Maroef sendiri berasal dari Majalengka Kota, yang saat ini berada di Kelurahan Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka. Namun, seiring berjalannya waktu, H Oemar pindah ke daerah Kecamatan Jatiwangi.

BACA JUGA:BIJB Kertajati Terkini, Kian Sepi, Jadi Tempat Wisata

"Almarhum meninggal sekitar 1920. Makamnya di Desa Burujul, Kecamatan Jatiwangi," kata penggiat sejarah dari Grup Majalengka Baheula (Grumala), Naro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: