Pabrik Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Banyak Karyawan Terdampak PHK, Lantas Apa Penyebabnya?

Pabrik Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Banyak Karyawan Terdampak PHK, Lantas Apa Penyebabnya?

Potret karyawan pabrik sepatu Bata yang terkena PHK imbas pabrik yang tutup di Purwakarta. -Google Chrome - Tangkapan Layar-radarmajalengka.com

RADARMAJALENGKA.COM - Belakangan ini media sosial dihebohkan pasca menyebarnya berita Pabrik Bata di Purwakarta sebagai pabrik produsen sepatu dan sandal, sudah tutup dan berhenti beroperasi per tanggal 30 April 2024.

Pabrik sepatu milik PT Sepatu Bata Tbk (BATA) di Kabupaten Purwakarta terpaksa ditutup karena tak mampu lagi melanjutkan produksi. Imbasnya ratusan karyawan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Alasan pabrik Bata bisa tutup karena permintaan produk (Bata) terus menurun.

Pendapat dari Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat Teppy Wawan Dharmawan menuturkan, ada ratusan karyawan yang terkena PHK akibat penutupan pabrik sepatu di Purwakarta. Ia berkata "Karena memang (perusahaan) sudah terus merugi, jadi secara bertahap sudah ada pengurangan (karyawan)," imbuhnya.

Seperti yang sudah diketahui bahwa Bata merupakan merk sepatu dan sendal legendaris sebagai produsen kebutuhan sandang di tanah air, salah satu pabriknya ada di Purwakarta. Sudah ada sejak tahun 1994, yang berarti sudah beroperasi selama 30 tahun.

BACA JUGA:Hasil Thomas Cup 2024, Indonesia Jadi Runner Up, China Jadi Juara Menang 3-1 Atas Indonesia 

Alasan produksi yang menurun menjadi alasan kuat dibalik tutup nya pabrik Bata di Purwakarta yang sudah beroperasi selama 30 tahun. Seperti yang dikatakan oleh Corporate Secretary Sepatu Bata Hatta Tutuko, ia menuturkan bahwa perusahaan (Bata) menutup operasional lantaran merugi dan sepi permintaan, di tengah ongkos produksi yang kian melambung.

Ia berkata "Dengan adanya keputusan ini, maka Perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta," katanya seperti dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (3/5). Lebih lanjut ia berkata "Karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia," pungkas Hatta. Lebih lanjut lagi ia berkata "PT Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat," ucap Hatta.

Hingga 2023, perusahaan masih mencatat minus pada kinerja keuangannya yang menyebabkan kerugian di neraca keuangan perusahaan. Keuangan Bata tidak stabil dan dihantui kerugian yang dapat menjadi alas untuk berhenti operasinya pabrik. Dilansir dari laporan keuangan konsolidasian yang diunggah perusahaan pada Keterbukaan Informasi BEI, Sepatu Bata mencatat kerugian sebesar Rp 188,41 miliar di tahun 2023. Kerugian ini naik hingga 75,83% atau sekitar Rp81,12 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp107,15 miliar. Sementara itu penjualan total selama tahun 2023 juga mengalami penurunan 5,2% menjadi Rp 609,61 miliar. Kemudian, beban usaha menjadi Rp 380,55 miliar, turun tipis 0,74% dari tahun sebelumnya. Dengan membengkaknya kerugian ini dapat menjadi alasan utama dari pabrik Bata untuk berhenti beroperasi. 

Buntut tutupnya pabrik PT Sepatu Bata Tbk (BATA) di Purwakarta. Keputusan ini membuat 230 buruh yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Menyikapi PHK massal itu, Teppy selaku Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) menuturkan pendapat bahwa ia menegaskan pihaknya mendorong perusahaan untuk memenuhi hak karyawan yang terkena PHK. Hal itu kata ia dapat jadi fokus utama yang dilakukan Disnakertrans saat ini. "Nah ini yg jadi perhatian kita, agar seluruh kewajibannya dipenuhi," pungkas Teppy. Pandemi Covid-19 dan perubahan perilaku konsumen yang cepat, merupakan tantangan yang sulit dihadapi oleh Pabrik Bata Tbk, sekalipun sudah melakukan berbagai macam upaya selama empat tahun terakhir, namun tak menutup kemungkinan Bata bisa bertahan lebih lama. Tercatat saham Bata secara tahunan atau Year To Date (YTD) mengalami penurunan hingga 40% dengan harga Rp84 per lembar saham. 

BACA JUGA:Crystal Palace VS Manchester United: Setan Merah Tumbang 4-0 Kalah Telak Ditangan Eagles!

Demikian ulasan artikel berikut ini mengenai alasan utana dari tutupnya pabrik Bata yang ada di Purwakarta, dengan alasan utama yaitu menurunnya permintaan karena perubahan perilaku konsumen yang cepat, serta ongkos produksi yang lebih mahal, namun produksi malah menurun sehingga menjadi kerugian, dan berimbas ke pemecatan karyawan secara massal seperti PHK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: