Fenomena War Takjil, Sebagai Toleransi Antarumat Beragama yang Mencerminkan Nilai-Nilai Pancasila

Fenomena War Takjil, Sebagai Toleransi Antarumat Beragama yang Mencerminkan Nilai-Nilai Pancasila

Potret kebersamaan dalam satu payung fenomena sosial, yakni War Takjil yang bisa memiliki nilai-nilai Pancasila. -Dokumentasi pribadi-radarmajalengka.com

RADARMAJALENGKA.COM - Dewasa ini, terutama pada saat bulan puasa ramadhan tiba, peningkatan akan permintaan dari takjil, sebagai kudapan ringan yang biasa digunakan untuk menu buka puasa baik sebagai hidangan pembuka atau hidangan penutup. 

Takjil sendiri memanglah identik dengan suasana bulan puasa, sebagai hal yang bisa menjadi fenomena tersendiri, yang mampu dilihat dari beragam perspektif dan sudut pandang.

Dari segi ekonomi misalnya, dengan hadirnya bulan puasa, maka permintaan akan suatu makanan seperti takjil pasti sangat meningkat drastis dan signifikan, yang mampu untuk membantu mendongkrak segi perekonomian, dan konsumsi rumah tangga.

Dari segi sosial misalnya pula, fenomena takjil memiliki makna yang luas, seperti hadirnya satu ruang lingkup kebersamaan yang melunturkan perbedaan, melalui interaksi antar orang dalam dua arah seperti dialog, baik antar pembeli dengan pedagang, pun antar pembeli dengan pembeli lainnya, atau pedagang dengan pedagang.

BACA JUGA:Sinergitas BPIP dan Para Content Creator Serta Content Writer Untuk Mengamalkan Nilai Pancasila Dalam Tindakan

Segi sosial ini memiliki makna yang luas lebih dari sekadar interaksi saja, karena di dalam interaksi tersebut, kebersamaan bisa terjalin, dan takjil sebagai fenomena perantara yang mampu mempererat suasana, terlepas dari apapun latarbelakangnya, semua berbaur menjadi satu dalam naungan fenomena takjil.

Makna sosial ini juga membawa keberagaman yang majemuk, dalam satu asas kebersamaan, dalam konteks fenomena takjil. Dan dengan hadirnya bulan puasa seperti bulan ramadhan ini, termasuk pada tahun ini yang menciptakan tren baru seperti War Takjil.

Fenomena War Takjil ini memiliki tren yang ramai serta banyak ditemukan pada saat bulan puasa seperti ini, fenomena War Takjil bisa menyatukan banyak lapisan, termasuk lapisan antarumat beragama dalam bentuk kebersamaan dan toleransi yang indah.

Kebersamaan inilah yang mampu menjadi daya tarik dari fenomena War Takjil sebagai nilai kebersamaan antarumat beragama dengan toleransi yang erat, dan setara tanpa membedakan serta penuh rasa persatuan dan keadilan sesama. Seperti nilai-nilai dari pengamalan Pancasila.

BACA JUGA:Cara Sederhana Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila di Kehidupan Sehari-hari Bersama BPIPRI

Ya, fenomena War Takjil juga bisa dilihat dalam kacamata sudut pandang Pancasila, karena War Takjil memiliki ragam nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya baik sebagai makna tersirat atau makna tersurat. 

Nilai-nilai Pancasila bisa terdapat dalam fenomena War Takjil seperti yang tertuang dalam alinea Pancasila sila kedua, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Karena hadirnya fenomena War Takjil, bisa membuat keadilan serta kesetaraan antarumat beragama, karena takjil adalah hak segala warga negara, terutama warga negara Indonesia, terlepas apapun agamanya, karena fenomena War Takjil seperti ini mampu melepaskan sekat-sekat perbedaan, dan mampu merajut keadilan dalam satu naungan fenomena sosial yang bermakna yakni War Takjil.

Pun fenomena War Takjil juga memiliki makna sosial sebagai simbol persatuan antarumat beragama, yang sama relevansi nya dengan alinea sila Pancasila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia. Fenomena War Takjil memiliki makna persatuan yang tinggi, atas kemajemukan antarumat beragama, dalam satu payung sosial yang bernama War Takjil.

Apalagi fenomena War Takjil sendiri erat dengan berbagai macam kelakar dan candaan yang mampu mempersatukan antarumat beragama, dalam satu momen sosial, banyak candaan serta kelakar yang timbul di fenomena War Takjil ini, namun dari candaan bisa menjadi persatuan, yang bisa mempererat kerukunan antarumat beragama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: