Adipati Panaekan Menyerang VOC di Batavia Berujung Tragis, Makamnya di Kawasan Hutan Seluas 25,5 Hektar

Adipati Panaekan Menyerang VOC di Batavia Berujung Tragis, Makamnya di Kawasan Hutan Seluas 25,5 Hektar

Makam Adipati Panaekan di Situs Karangkamulyan, lokasinya berada di jalan poros Ciamis-Banjar dengan luas 25,5 hektar.--

Selama dikuasai Cirebon, wilayah Galuh berstatus kerajaan bawahan namun saat dikuasai oleh Mataram statusnya turun menjadi kabupaten atau kadipaten.

Galuh yang semula kerajaan berubah status menjadi kabupaten dan gelar raja, prabu atau sanghyang menjadi adipati. Adipati Panaekan diangkat menjadi Wedana Bupati Mataram di tatar Priangan oleh Sultan Agung 1613 - 1645, penguasa Mataram.

Pada saat Sultan Agung mulai mempersiapkan diri untuk menyerang VOC di Batavia pada tahun 1625, ia memerintahkan bupati-bupati dari priangan untuk berpartispasi.

Hal ini menjadikan perbedaan pendapat di antara para bupati. Perselisihan semakin panas, terutama antara Adipati Panaekan dan Singaperbangsa. Panaekan ingin secepatnya menyerang, sebelum VOC semakin kuat. Sementara, Singaperbangsa berpendapat lebih baik pasukan memperkokoh kekuatan logistik sebelum berangkat menyerang.

Puncaknya, Adipati Panaekan terbunuh pada tahun 1625. Jasad Wadana Bupati dihanyutkan ke sungai Ci Muntur. Lalu, ditemukan oleh pengikutnya, kemudian dimakamkan di Situs Karangkamulyan.

Adipati Panaekan digantikan oleh putranya yang bernama Ujang Purba, yang bergelar Dipati Imbanagara.

Konon, sebab peristiwa tersebut Singaperbangsa kemudian memindahkan Kertabumi ke Bojonglopang, Banjar Kolot saat ini. Oleh karena itu, Kertabumi disebut juga Kabupaten Bojonglopang, dan merupakan cikal bakal Kota Banjar. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: