Tan Malaka, Bapak Republik dan Ahli Penyamaran yang Handal

Tan Malaka, Bapak Republik dan Ahli Penyamaran yang Handal

Tan Malaka--

Sosok yang menulis buku “Massa Actie”. Soekarno selalu membawa buku ini tatkala menjadi terdakwa di Landraad, Bandung pada tahun 1930.

Sama seperti Soekarno, Hatta pun tidak menyadari bahwa orang itu adalah Tan Malaka. Padahal ketika sama-sama di Belanda, Hatta pernah beberapa kali bertemu dengan Tan Malaka.

Kisah penyamaran Tan Malaka memang menarik. Dia memang sangat lihai dalam menyamar. Salah satunya karena didukung oleh penguasaan banyak bahasa. Setidaknya sosok ini menguasai delapan bahasa.

Wajar saja jika sepanjang hayatnya, Tan Malaka telah berkeliling dunia sepanjang 89.000 km. Karena kemampuan penguasaan bahasa itulah, tak ada kendala ketika dia harus berpindah-pindah tempat.

Agar tidak terdeteksi selama penyamarannya, ternyata Tan Malaka memiliki 23 nama samaran. Beberapa di antaranya nama samarannya adalah Alicio Riviera, Hasan Ghozali, Ossorio, dan Tan Ming Sion. 

Ada lagi namasamaran lainnya. Seperti On Song Lee, Tan Ho Seng, Ramli Husein, dan Ilyas Husein.

Ada sosok yang mengenakan Tan Malaka ketika kembali ke Indonesia. Dia adalah Achmad Subarjo.

Dia memang teman baik Tan Malaka di Belanda. Dan Achmad Subarjo adalah orang pertama yang memanggilnya kembali dengan nama aslinya.

“Ganjil benar bunyi nama itu di telinga saya sesudah semenjak lebih dari 20 tahun tak pernah lagi nama itu diucapkan kepada saya dalam pergaulan sehari-hari,” kata Tan Malaka.

Pernyataannya itu diungkapkan dalam buku “Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia 1” karya Harry A Poeze.  Harry A Poeze, adalah seorang sejarawan Belanda yang meneliti tentang Tan Malaka selama 40 tahun. 

Keberadaan Tan Malaka di Indonesia terendus pada 3 November 1945. Seorang perwira dinas intelijen AS melapor ke Washington bahwa Tan Malaka telah mendarat di Jawa 1,6 bulan menjelang kapitulasi Jepang. 

“Ia masih tetap bersembunyi, tapi sekarang ia ada di Jawa Timur,” tulis laporan itu.

Koran “Merdeka” pun mendapat informasi serupa namun kurang akurat. Pada edisi 9 November 1945 koran itu menulis artikel “Tan Malaka di Jawa”.

Koran itu menulis Tan Malaka sedang berada di Surabaya dan bersama para pemuda sedang bertempur melawan pasukan Sekutu. Sosok Tan Malaka itu berdiri di atas panggung dan berorasi. Pidatonya bahkan tersiar melalui stasiun radio lokal.

BACA JUGA:Belajar Pemanggilan Roh Halus, Ternyata Ketua BPUPKI Adalah Anggota Freemason

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: