Tan Malaka, Bapak Republik dan Ahli Penyamaran yang Handal

Tan Malaka, Bapak Republik dan Ahli Penyamaran yang Handal

Tan Malaka--

Sebagai seorang wartawan, Matu Mona kemudian menuliskan kisah pengembaraan Tan Malaka. Agar tidak mengundang kecurigaan intel Belanda, dia pun mengemas tulisannya dalam bentuk novel.

Ada kisah menarik. Pada tahun 1938 saat Matu Mona berkunjung ke Singapura, seorang tukang jahit asal Sumatera Barat mengundangnya singgah ke tokonya. Secara tiba-tiba di depannya muncul seseorang berpenampilan seperti orang China.

Ternyata orang itu tak lain adalah Tan Malaka. Sosok yang bernama lengkap Ibrahim Gelas Datuk Sutan Malaka, tokoh utama dalam novel karyanya itu.

Tan Malaka ingin sekali berkenalan dengan pengarang novel “Patjar Merah Indonesia”.

Namun Tan Malaka menolak ketika Matu Mona meminta wawancara. Tan Malaka tak ingin orang lain mengetahui tempat tinggalnya.

Peristiwa pertemuan itu sangat singkat. Hanya sekitar lima menit. Namun peristiwa itu tak disia-sialan oleh Matu Mona. Pertemuan singkat itu kembali menginspirasinya untuk melanjutkan kisah petualangan Pacar Merah. 

Kemudian Matu Mona kembali membuat novel yang berjudul “Rol Patjar Merah Indonesia cs”. Tentu terinspirasi pertemuan singkatnya dengan Tan Malaka yang menyamar sebagai sosok orang Tionghoa.

Tan Malaka memang sosok yang dicari oleh Interpol. Selama 22 tahun dia bersembunyi dan terus menyamar. Hanya tercatat dua kali dia pulang ke kampung halamannya di Sumatera Barat. 

Kepulangan pertama terjadi sekitar tahun 1942. Ketika itu, Tan Malaka menjadi buronan Jepang.

Dengan melakukan penyamaran, akhirnya dia berhasil sampai ke Payakumbuh. Di kampung halamannya, Tan Malaka menyempatkan diri menjenguk ibunya yang sudah renta.

BACA JUGA:Intip 2 Foto Lawas Masa Revolusi Kemerdekaan, Militer Belanda ke Majalengka

Ternyata novel Pacar Merah bukan hanya sekadar karya sastra. Kisah di novel itu nampaknya sangat berpengaruh. Bahkan sosok Tan Malaka seperti legenda hidup di Sumatera Barat. 

Bukan hanya seorang yang cerdas, orang-orang di sana ketika itu menganggap Tan Malaka adalah orang sakti. Bahkan hingga didramatisir seolah Tan Malaka bisa menghilang dan kebal peluru sehingga Belanda dan Jepang sulit menangkapnya.

Kondisi yang sangat mistis itu, beredar luas di masyarakat Minang. Padahal semua tahu jika Tan Malaka sendiri sangat antipati pada hal-hal berbau mistik dan klenik.

Nama Tan Malaka pun dicatut oleh seseorang. Pada kepulangan pertamanya itu, Tan terkejut saat mendengar seseorang yang mengaku sebagai Tan Malaka. Sosok Tan Malaka palsu itu berpidato mendukung tentara fasis Jepang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: