CANGGIH! Teknologi Geofoam EPS Dipakai di TOL CISUMDAWU, Tidak Perlu Urugan Tanah

CANGGIH! Teknologi Geofoam EPS Dipakai di TOL CISUMDAWU, Tidak Perlu Urugan Tanah

Pengaplikasian geofoam EPS pada konstruksi Jalan Tol Cisumdawu Seksi 5A di Desa Cipamekar, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang.-Apri Subroto/Ist-radarmajalengka.com

SUMEDANG, RADARMAJALENGKA.COM - Tekonologi geofoam EPS diterapkan pada pembangunan Tol Cisumdawu di Seksi 5A Desa Cipamekar, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang.

Pada ruas Jalan Tol Cileunyi Sumedang Dawuan Seksi 5A ini, terdapat bagian tanah labil dan berair. Sehingga tidak bisa ditangani dengan urugan atau konstruksi biasa.

Kontraktor pelaksana PT Adhi Karya sebelumnya telah melakukan pengerukan pada lahan yang akan dijadikan trase Jalan Tol Cisumdawu tersebut.

Pengerukan tersebut cukup dalam, karena perlu volume urugan mencapai 80 ribu meter kubik yang dikerjakan selama 24 jam.

BACA JUGA:WOW! Tol Cisumdawu Pakai Teknologi Jalan di Norwegia, Pasang Geofoam untuk Ganti Tanah Urugan

Namun kini, selain urugan juga dipakai konstruksi pada lapisan tanah labil yakni geofoam EPS dan terlihat beberapa sudah mulai terpasang di lokasi.

Geofoam EPS adalah material expanded polystyrene berupa high density polystyrene yang berbentuk balok-balok berbobot ringan.

Aplikasi dari geofoam EPS ini, sudah biasa dilakukan di luar negeri terutama untuk menangani lapisan tanah yang labil.

Dengan bobot yang ringan, geofoam EPS mempu mengurangi beban pada poor soil atau tanah labil. Sehingga dapat memperlambat amblesan atau penurunan tanah.

BACA JUGA:Jalur Majalengka-Sindangwangi, Dua Kali Pengerjaan Setelah Ditambal Lalu Dihotmix Kini sebagaian Mulai Mulus

Bahkan di Utah, Amerika Serikat, geofoam EPS ini dipakai untuk pembangunan jalur kereta api LRT. Juga biasa dipakai pada konstruksi jalan pada lapisan tanah labil.

Di Tol Cisumdawu, penggunaan geofoam EPS sepertinya baru dilakukan di Seksi 5A Desa Cipamekar, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang.

Menariknya, berat dari geofoam ini sangat ringan yakni hanya 1/10 atau 10 persennya saja dari tanah urugan.

Dengan beban yang ringan tersebut, akan mengurangi beban dari tanah dasar yang labil. Sehingga mengurangi atau memperlambat kemungkinan terjadinya penurunan atau settlement.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: