Kabupaten Cirebon Timur Jejak Prabu Amuk Marugul hingga Kepangeranan Gebang

Kabupaten Cirebon Timur Jejak Prabu Amuk Marugul hingga Kepangeranan Gebang

Kantor sekretariat Forum Cirebon Timur Mandiri (Foto. Harun)--

RADARMAJALENGKA.COM--Jelang satu tahun perjalanan, tepat 23 Oktober 2022 lalu, Forum Cirebon Timur Mandiri (FCTM) resmi terbentuk dan mengukuhkan keseriusan terhadap Gerakan Pemekaran Cirebon Timur sebagai daerah otonom baru. 

Secara geografis, kawasan ini memang layak menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB) karena memuat wilayah yang luas dengan pelbagai macam potensi yang bisa dikembangkan.

Kehadiran suatu daerah administratif yang baru, seyogyanya bisa mewujudkan pemerataan pembangunan yang sejak lama diharapkan.

Secara historis, daerah Cirebon Timur pernah memiliki kekuasaan yang terpisah dari Cirebon bagian barat. Di era yang lebih tua, daerah ini pernah diperintah di bawah pimpinan Prabu Amuk Marugul.

Pada masa setelah hegemoni Cirebon berakhir di abad ke-17 M, Pangeran Sutajaya diketahui menjadi pemegang pusat kekuasaan daerah tersebut dengan nama Kepangeranan Gebang (Prinsdom van Gabang).

Bahkan wilayah yang dikuasai Pangeran Gebang jauh lebih luas, melebihi luas Cirebon Timur saat ini.

BACA JUGA:Tersebar di Perpustakaan Dunia, Naskah Babad Cirebon Jadi Insipirasi Bung Karno, Ada 4 Versi 2 Paling Otentik

Pada era kolonial Hindia Belanda, Cirebon timur menjadi area yang sangat diperhatikan oleh pemerintah.

Daya tarik wilayah itu terlalu kuat sehingga ketika Cultuurstelsel berlaku pada tahun 1830 M, daerah ini segera difungsikan sebagai kawasan perkebunan.

Dana swasta dari industri gula kolonial yang melimpah segera menghampiri kawasan ini.

Pembangunan pelbagai sarana dan prasarana pun digalakkan. Pada masanya, Cirebon timur adalah tanah yang menjanjikan kesejahteraan.

Latar belakang sejarah menjadi suatu hal yang penting bagi terbentuknya sebuah daerah, selain sebagai pondasi yang menopang megahnya bangunan yang akan dibangun, sejarah akan menjadi ibrah yang segala hikmah dan kebaikan di dalamnya bisa dijadikan sebagai pelajaran yang elok untuk diimplementasikan, baik dalam aspek sosial kemasyarakatan ataupun dalam aspek yang berkaitan dengan tata pemerintahan.

Bagaimanapun, sejarah menjadi landasan yang akan memberi mereka arah.

BACA JUGA:Benarkah Kepemimpinan di Indonesia Erat dengan Kekuatan Mistis?

Japura berasal dari kata "Gajahpura" berarti gerbang masuk keraton yang berlambang gajah (berasal dari kata Gapura/Garbha Pura?).

Keraton Japura adalah ibukota kerajaan Medang Kamulan di sebelah Timur Cirebon, pusat pemerintahan meliputi Desa Japura Kidul, Japura Lor dan Desa Astana Japura di Kecamatan Astana Japura, batas-batasnya meliputi:

  • Sebelah Utara Laut Jawa,
  • Sebelah Selatan Desa Cibogo dan Desa Jatipiring, -Dahulu: Manis – Luragung (Kuningan)
  • Sebelah Barat Desa Mundu Pesisir dan Desa Suci,
  • Sebelah Timur Pulo Goseng (Desa Gebang sekarang)

Keraton Japura adalah ibukota kerajaan Medang Kamulan yang di pimpin oleh Raja Andahiyang, seorang raja keturunan Prabu Ciung Wanara sepupuan dengan Raja Banyakwangi dari kerajaan Pajajaran (Galuh).

Kerajaan Medang Kamulan memiliki seorang senopati yang sakti mandra guna bernama Amuk Marugul. Amuk Murugul (Kadang ditulis Amuk Marugul) atau disebut pula Panji Wirajaya Sang Amuk Marugul Sakti Mandraguna.

BACA JUGA:Misteri Kerajaan Kandang Wesi Wilayah Kekuasaan Cirebon di Peta Terbitan Inggris Tahun 1808

Nagari ini terletak 17 km sebelah tenggara Giri Amparan Jati, luas wilayahnya meliputi Kecamatan Astana Japura, Sindang Laut, dan Ciledug. Saat ini wilayah ini termasuk Kabupaten Cirebon.

Ada banyak versi, mengenai asal-usul nama Japura. Japura berasal dari kata ‘ja’ dan ‘pura’.

Dalam bahasa Kawi, ‘ja’ itu artinya ‘hidup’. Sedangkan ‘pura’ artinya, ‘depan’, ‘gerbang’, ‘kota’, ‘istana’.

Jadi, Japura mengandung pengertian ‘Kota Terdepan’. Kemungkinan besar nama ini juga terkait dengan kota pantai, karena pada saat itu laut adalah jalur transportasi utama.

BACA JUGA:Jaringan Kontroversial Ini Pernah Merambah di Kota Wali, 7 Tahun Cirebon Dipimpin Seorang Freemason

Japura ada pula yang menyebutkan berasal dari kata ‘jep’ (alat penangkap ikan atau udang) dan ‘pura’. 

Dari keterangan ini dapat pula disimpulkan serta memperkuat eksistensi Japura sebagai daerah pantai penangkapan dan penghasil ikan yang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: