Misteri Kerajaan Kandang Wesi Wilayah Kekuasaan Cirebon di Peta Terbitan Inggris Tahun 1808
Kandang Wefsee (Kandang Wesi) Peta wilayah Kekuasaan Cirebon 1808, Cary, John, terbitan london, Inggris--
RADARMAJALENGKA.COM-Mandala Kandangwesi adalah salah satu dari 73 Mandala yang disebut dalam Naskah Sunda Kuno (NSK) Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan (FCP).
Mandala seringkali dipersamakan dengan Kabuyutan. Hal ini menjadi pandangan masyarakat awam, karena keduanya memiliki kesamaan yaitu tempat mengaji ilmu pengetahuan agama dan tuntutnan kehidupan (perdikan). Di tatar Pasundan terdapat 800 kabuyutan.
Dalam FCP, ada sepuluh wilayah yang langsung berada dalam wibawa Tohaan di Sunda dan harus mengirim pamwat (upeti) ke Pakuan, yakni: Sanghyang Talaga Warna, Mandala Cidatar, Gegergadung, Windupepet, Galuh Wetan, Mandala Utama Jangkar, Mandala Pucung, Reuma, Lewa, dan Kandangwesi.
Pada bagian lain teks FCP ini disebutkan bahwa Maharaja Trarusbawa sebagai prĕbu, atas kesepakatan pihak rama dan resi mengatur persoalan yang berkaitan dengan pangwĕrĕg ketentuan berupa hak ‘bagi para penguasa wilayah di kerajaan Sunda, serta pamwatan ‘kewajiban mempersembahkan produk potensi alam’ dari penguaa wilayah ke ibukota Pakuan setiap tahun.
Produk tersebut adalah berupa hasil pertanian dan peternakan, serta hasil industri masyarakat.
Maharaja Trarusbawa disebutkan dalam teks FCP berkuasa cukup lama. Pemerintahan selanjutnya diteruskan secara bergantian mulai dari Maharaja Harisdarma, Rahyang Tamperan, Rahyang Banga, Rahyang Wuwus, Prabu Sanghyang, Sang Lumahing Rana, Sang Lumahing Tasik Panjang, Sang Winduraja, sampai akhir kepada Rakean Darmasiksa.
Disebutkan bahwa Rakeyan Darmasiksa merupakan penjelmaan dari Patanjala Sakti yang semula menjadi penguasa wilayah di Saunggalah.
Berkat kepemimpinannya yang bijak sehingga ngertakeun urang rea ‘menyejahterakan kehidupan rakyat banyak’, Rakeyan Darmasiksa selanjutnya berakhta di keraton Sri-Bima Punta Narayana Madura Suradipati di Pakuan Pajajaran mewarisi para pendahulunya.
Memiliki para ahli ilmu dibidang najum dan kanuragan serta beberapa empu pembuat perkakas, yang diperkirakan tahun 720 M.
Wilayahnya dikenal hingga ke beberapa daerah dan sempat menjadi tujuan para raja terlebih dalam mendapatkan pusaka perang sehingga dimasa itu karya para empu berhasil menyebar ke beberapa kerajaan.
Maka sempat terbentuknya para santana-santana (juru obor) yang berfungsi sebagai penunjuk jalan dalam mengirim persenjataan (cacandrang) dan pasokan perkakas rumah tangga serta alat-alat pertanian. dari perjalanannya sekitar abad IX tidak sedikit para empu yang sengaja berpindah hingga menetap di beberapa daerah sebagai tukang Panday (pembuat besi).
Di ceritakan awal “Nyamune Asekan” terbukanya daerah kandang wesi yang disilokakan sebagai “Buni Nagara Selop Pandan” diartikan sebuah Negara tersembunyi tanpa kekuasaan atau pada patakonan carita buhun Kandang Wesi terlahirnya dari ”sakureun” (sepasang) yang bernama Aki Banteng Alas dan Nini Banteng Alas. Pada ramalanpun dikenal sebagai “pangeling jaman” menyebutkan jaman yang dibagi menjadi lima bagian diantaranya:
- Zaman Tirta (ditandai tingginya pepohonan mencapai 100 deupa). Digambarkan awal berdirinya dunia sehingga hamparan bumi banyak digenangi air.
- Zaman Kerta (ditandai tingginya pepohonan mencapai 80 deupa). Terbentuknya daratan dan terlahirnya manusia pertama yang dikenal sebagai Nabi Adam dan Siti Hawa.
- Zaman Dupara (ditandai tingginya pepohonan mencapai 50 deupa)
- Zaman Kadi (ditandai tingginya pepohonan mencapai 30 deupa)
- Zaman Sanggara (ditandai tingginya pepohonan mencapai 10 deupa) dilakonkan sebagai awal terjadinya kerusakan bumi yang menyudahi kehidupan dalam bumi.
Menjelang berdirinya Kerajaan Pajajaran, Kandang wesi adalah salah satu wilayah yang menjadi bagian kekuasaan Pajajaran terutama andil besar dalam penyediaan perkakas perang serta banyaknya para pemuda yang menjadi prajurit Pajajaran.
Diperkirakan pada tahun 1413 Kandang Wesi pun merupakan wilayah pertama yang mengirimkan sejumlah upeti ke Pajajaran dalam bentuk hasil pertanian.
Pada akhir tenggelamnya kekuasaan Pajajaran dimana pada naskah babad diceritakan terhadap sejumlah “Ratu Rujuh” diantaranya Cirebon Hilir, Cirebon Girang, Cirebon Tengah, Mataram, Solo, Mekah, Kandangwesi yang dimotori Prabu Borosngora atau di Kandangwesi dikenal dengan nama Iwung Bitung dan Haur Cengkup melakukan pertemuan yang digelar di Batu Tujuh sebuah tempat hutan belantara yang menjorok ke arah laut (tanjung) sebelah selatan.
Dalam isi "Babad Kandangwesi" maupun makna silokanya pertemuan itu bertujuan membahas tentang misi ke-Sundaan dan sikap yang akan diambil termasuk dalam merahasiakan beberapa kebendaan. dan isi ketetapan itu adalah :
- Mengembalikan status wilayah Kandang Wesi sebagai Bumi Nagara Selop Pandan Negara tersebunyi tanpa kekuasaan serta sebuah wilayah yang menjadi tempat berkumpulnya para penguasa kesundaan termasuk dalam penyelamatan rahasia maupun tujuan akhir pengabdian.
- Penyamaran dengan cara mengganti nama mereka serta gelar sebagai tokoh yang pernah berkuasa.
- Menetapkan Panca Kalima sebagai tetekon hukum Kandangwesi
- Menentukan sepuluh syarat Kesatria Pawestri atau pada ramalan Kandang Wesi sebagai generasi penerus; cikal bakal kemunculan Ratu Sunda (rat nusa jawa kabeh)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: