Mirip Situs Gunung Padang, Punden Berundak Gunung Balay, Misteri Pengubah Sejarah Majalengka

Mirip Situs Gunung Padang, Punden Berundak Gunung Balay, Misteri Pengubah Sejarah Majalengka

Punden Berundak di Gunung Balay (dok.historiana)--

BACA JUGA:Tak Kalah Misterius dengan Gunung Padang, Gunung Kromong Lumbung Fosil, Siapa yang Mendiaminya?

Asal mula Mandala Sindangkasih tidak ketahui secara persis. Keberadaanya disebutkan dalam naskah kuno Sunda yang diteliti Undang A Darsa. Mandala ini termasuk dalam daftar Kabuyutan atau Kemandalaan di Tatar Pasundan.

Menurut Danasasmita dan Anis Djatisunda dalam Studi tentang Penggunaan Ruang dalam Kehidupan Komunitas Baduy Desa Kanekes Kec Leuwidamar Kabupaten lebak banten: Makalah Universitas Indonesia" tahun 1986 Hal. 2-7 mungkin yang dimaksud adalah nama daerah Mandala, yaitu daerah suci tempat kegiatan keagamaan.

Mandala, Ashram, Kabuyutan merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut tempat-tempat para Hyang tersebut.

Dalam konteks Jawa Barat dan Masyarakat Sunda kata Kabuyutan lebih sering digunakan untuk menyebut tempat-tempat seperti itu, seperti tercantum dalam naskah-naskah kuno.

BACA JUGA:Misteri Mantra Berbahasa Sunda Buhun, Rajah Bubuka

Ada dua jenis Kabuyutan yang dikenal oleh masyarakat Sunda, Lemah Diwisasana dan Lemah Parahyangan. Lemah Diwasasana adalah Mandala sebagai tempat pemujaan kepada para Dewa, sedangkan Lemah Parahyangan adalah Mandala sebagai tempat pemujaan Hyang.

Nama Sindangkasih dapat dipastikan diambil dari Mandala Sindangkasih. Istilah Mandala menunjukkan terpengaruh agama Budha. Barangkali ini merupakan perubahan nama dari "Kabuyutan" atau kedua istilah itu digunakan untuk menunjukkan hal yang sama yaitu tempat suci sekaligus tempat menuntut ilmu keagamaan.

Mandala Sindangkasih merupakan 1 dari 73 Mandala yang disebut dalam naskah Sunda kuno. Dalam pemahaman masyarakat Sunda, tempat suci Mandala dan Kabuyutan sering dipersamakan. Keduanya merupakan tempat suci bagi masyakat Sunda di tatar Sunda.

Bedanya, istilah Kabuyutan menacu pada Agama Sunda yang kini dikenali Sunda Wiwitan. Sedangkan Mandala atau Kemandalaan dipengaruhi agama Budaha. Semua tempat suci yang disebut Mandala atau Kemandalaan dapat disebut sebagai kabuyutan, tetapi tidak sluruh Kabuyutan dapat diklasifikasikan sebagai Kemandalaan.

 

Sementara di Tatar Sunda, menurut Undang A Darsa terdapat 800 Kabuyutan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: