Desa Kuno Ini Asal Putri Brahmana Kuasai Ilmu Karma Amamadang, Ratu Ken Leluhur Raja-raja Jawa
Arca Ken Dedes yang ditemukan di dekat reruntuhan Candi Singasari pada 1818.( Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata)--
RADARMAJALENGKA.COM-Menurut buku Babad Pasek (1976), ratu pertama Singasari adalah putri dari Mpu Purwanatha. Sedangkan, kitab Pararaton mengatakan ratu ini merupakan putri dari Mpu Purwa yang menjadi pendeta Buddha dengan aliran Mahayana, bertapa di Panawijen.
Ia mempunyai anak perempuan bernama Ken Dedes. Kecantikan putri tunggal sang mpu itu termasyhur dari sebelah timur Gunung Kawi sampai Tumapel.
Dalam kitab Pararaton, Ratu Ken mendapatkan julukan Stri Nareswari yang berarti wanita yang utama.
Bahkan, Ratu Ken juga dikatakan sebagai penganut Buddha yang sudah menguasai ilmu karma amamadang. Ilmu tersebut merupakan ilmu yang mempelajari cara untuk lepas dari samsara atau karma hidup untuk lahir kembali berkali-kali tanpa henti.
Selain itu, Ratu Ken juga merupakan leluhur dari raja-raja di kerajaan tanah Jawa.
Akuwu Tumapel Tunggul Ametung turut mendengar kabar kecantikan tiada banding tersebut. Datanglah sang akuwu ke Panawijen, untuk bertemu Ken Dedes. Terpesona, ia bawa lari gadis itu. Kebetulan saat itu Mpu Purwa sedang tidak ada di pertapaannya.
Mpu Purwa pulang bepergian. Tidak menjumpai putrinya yang sudah dibawa kabur Tunggul Ametung.
Ia marah, mengeluarkan sumpah kutukan. “Nah, semoga yang melarikan anakku tidak lanjut mengenyam kenikmatan. Semoga ia ditusuk keris dan diambil isterinya,”
“Demikian juga orang-orang di Panawijen ini, semoga menjadi kering tempat mereka mengambil air, semoga tak keluar air kolamnya ini. Dosanya mereka tak mau memberitahu, bahwa anakku dilarikan orang dengan paksaan,” kata Mpu Purwa.
Akuwu Tumapel Tunggul Ametung menjadikan putri cantik itu sebagai permaisurinya. Kelak sang akuwu dibunuh Ken Arok dengan keris Mpu Gandring. Sekaligus memperistri Ken Dedes yang sedang dalam kondisi hamil muda.
Sebuah kisah tentang salah satu bab awal muasal Kerajaan Singasari berdiri. Kisah itu dimuat dalam Serat Pararaton yang ditulis pada 1613 masehi tanpa diketahui siapa penulisnya.
Desa kuno Panawijen, tempat pertapaan Mpu Purwa itu masih ada sampai sekarang.
Jejak arkeologi pertapaan Mpu Purwa, tempat Tunggul Ametung menculik Ken Dedes itu masih ada. Bisa dilihat di Situs Polowijen di Kelurahan Polowijen, Kota Malang. Berupa sumber air yang sudah mengering, penduduk setempat menamainya Sendang Dedes atau Sumur Windu.
Polowijen yang kini digunakan untuk penamaan kampung wisata sekaligus kelurahan memiliki dua versi asal-usul nama. Namun, sebelum menjadi Polowijen, kawasan itu pernah mengalami beberapa perubahan nama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: