Menguak Kejahatan Tentara Jepang, Jadikan Wanita Budak Seks, Di Antaranya ada Bule Keturunan Belanda

Menguak Kejahatan Tentara Jepang, Jadikan Wanita Budak Seks, Di Antaranya ada Bule Keturunan Belanda

Jaman Tentara Jepang-Ist-Radar Majalengka

Tidak seperti orang-orang Belanda di Indonesia yang berhasil mengevakuasi diri kembali ke tanah air mereka, wanita yang akrab dipanggil Jan ini, termasuk bule-bule yang tetap di Indonesia.

BACA JUGA:2 Desa di Bantarujeg Kesulitan Air Bersih, Sukawera Terancam Kekeringan

Dalam rangka menyokong biaya keperluan Perang Pasifik, tidak butuh waktu lama bagi Jepang untuk menerapkan sistem kerja paksa. Jepang membangun kamp-kamp konsentrasi untuk bekerja.

Jan, ibunya dan saudari-saudarinya dikirim ke kamp tawanan perang di Ambarawa, Jawa Tengah.

Kehidupannya di kamp itu sangat sengsara. Makanan dibagi-bagi dengan jumlah sedikit. Kualitasnya pun buruk. 

Hari-hari Jan diisi dengan rekan-rekan kampnya menderita malaria dan disentri. Mereka rutin baris-berbaris untuk absen di bawah terik matahari.

BACA JUGA:Gaya Classy Yamaha Rayakan Kemerdekan Indonesia Bersama Komunitas Wanita Girls Day Out

Sampai Februari 1944, begitulah hidup Jan. Hingga akhirnya, ada baris berbaris absen yang janggal. Yang dipanggil untuk berbaris hanya perempuan-perempuan usia 17 - 21 tahun. 

Jan sudah memiliki firasat buruk akan artinya panggilan ini. Namun, ia tidak bisa berbuat banyak.

Di bawah terik matahari, para tentara Jepang bolak-balik mengamati para perempuan kamp dengan mata seperti sedang memilih-milih barang yang akan dibeli. 

Jepang biadab itu mengamati kaki, bentuk tubuh dan wajah para wanita tersebut. Juga mengukur seberapa gemuk badan perempuan-perempuan itu.

BACA JUGA:Laporan De Corte Tahun 1890, Situs Gunung Padang Diduga Setiap Teras Gundukan Mungkin Kuburan

Akhirnya, 10 perempuan dipisahkan setelah "terpilih". Jan termasuk di antara 10 perempuan itu.

Firasat semakin buruk. Jan dan perempuan-perempuan terpilih lain disuruh berkemas dalam tas kecil. Jan membawa buku doa, rosario, dan Injil. Sayangnya, semuanya langsung disita.

Jan dan para perempuan itu dibawa dari Ambarawa ke sebuah tempat di Semarang. Ternyata ke sebuah rumah bordil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: