Sosok Sabdo Palon Muncul Tahun 1832 di Babad Kediri, Konon Babad Ini Berasal dari Cerita Bangsa Jin, Kok Bisa?
Patung penggambaran Sabdapalon di Candi Ceto.--
RADARMAJALENGKA.COM-Kitab jangka tersusun dari rangkaian tembang macapat ini sering disebut secara lengkap sebagai Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon, selanjutnya disingkat sebagai Jangka Sabda Palon. Penamaan ini mungkin disebabkan konten buku ini selain memuat kisah tentang tokoh Sabda Palon, juga berisi tentang mitologi “Prabu Jayabaya”.
Serat Jangka Sabdo Palon diyakini merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita. Moh. Hari Soewarno, seorang wartawan dan budayawan Jawa, dalam bukunya Ramalan Jayabaya Versi Sabda Palon, menjelaskan bahwa dalam jangka tersebut terdapat sandi asma yang menunjukkan bahwa Jangka Sabda Palon merupakan karya R. Ng. Ranggawarsita.
Sabda Palon muncul pertama kali pada 1832 di sebuah naskah bernama Babad Kediri. Babad Kediri merupakan babad yang secara terang-terangan menolak Islamisasi di Pulau Jawa.
Para wali yang menjadi aktor Islamisasi diumpamakan sebagai gerombolan curut yang dikasih kebaikan oleh sang raja, tapi menggerogoti dari belakang.
Babad ini juga menggambarkan proses Islamisasi sebagai proses kedurhakaan pemberontakan seorang anak bernama Raden Patah kepada ayahnya sendiri bernama Prabu Brawijaya.
Nah, di pemberontakan inilah, sosok Sabda Palon muncul untuk dikisahkan.
Secara umum, Babad Kediri berkisah tentang 3 hal. Pertama, perihal Islamisasi di Pulau Jawa merupakan sebuah kesalahan besar dan fatal.
Kedua, menganggap para wali; Sunan Bonang dan Sunan Giri sebagai aktor jahat yang mendalangi proses pemberontakan kepada Kerajaan Majapahit.
Ketiga, menggambarkan Raden Patah, anak Prabu Brawijaya, sebagai seorang sosok yang durhaka karena berani memberontak kepada ayahnya.
Saking sedihnya, Prabu Brawijaya akhirnya memilih untuk melarikan diri menuju ke arah timur menuju Bali.
Melihat kejadian ini, Sunan Kalijaga kemudian menyusul Prabu Brawijaya dan memintanya kembali menjadi raja di Majapahit.
Raja terakhir Majapahit sempat menolak permintaan tersebut sebelum akhirnya Prabu Brawijaya terbujuk untuk kembali sekaligus masuk Islam.
Prabu Brawijaya kemudian mengajak dua pelayannya bernama Sabda dan Palon–ada yang menyebut dua, ada yang satu–masuk Islam.
Akan tetapi, Sabda Palon Naya Genggong justru marah besar. Ia tidak senang melihat rajanya berpindah dari agama leluhurnya menuju Islam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: