Sodancho Soeprijadi, Melarikan Diri ke Banten Selatan dan Menteri Pertahanan dan Keamanan Itu Hilang ,

Sodancho Soeprijadi, Melarikan Diri ke Banten Selatan dan Menteri Pertahanan dan Keamanan Itu Hilang ,

Supriyadi (National Library of Indonesia)--

Supaya terlihat bahwa pembentukan PETA adalah atas permintaan Bangsa Indonesia, maka Jepang meminta Gatot Mangkuprojo untuk mengirim surat permintaan kepada Jepang.

Maka pada tanggal 7 September 1943 Gatot Mangkuprojo mengirim surat kepada Jepang supaya Jepang membantu pembentukan laskar sukarela yang akan membela Jawa.

Berdasarkan surat permintaan Gatot Mangkuprojo tersebut, pihak Jepang kemudian mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Tentara Pembela Tanah Air. PETA terbentuk pada tanggal 3 Oktober 1943.

BACA JUGA:Jaringan Kontroversial Ini Pernah Merambah di Kota Wali, 7 Tahun Cirebon Dipimpin Seorang Freemason

Sebenarnya pihak Jepang tidak sepenuhnya ingin membantu Indonesia membentuk tentara yang terorganisir. Sebab PETA tidak mempunyai ikatan sampai di level nasional.

PETA dibentuk di kabupaten-kabupaten dan tidak ada hubungan koordinasi dan hubungan komando satu dengan yang lain. Pimpinan di level provinsi tetap dipegang oleh orang-orang Jepang.

Demikian pula di Karesidenan Kediri juga dibentuk Batalion PETA. Ada dua battalion yang dibentuk di Karesidenan Kediri. Pertama adalah Batalion yang berada di Kota Kediri dan kedua adalah battalion yang berada di Blitar. Batalion di Karesidenan Kediri didirikan pada tanggal 25 Desember 1943.

BACA JUGA:Sebelum Jadi Pusat Pajajaran, Laporan Scipio Kepada Joanes Camphuijs Ungkap Kawasan Pakuan Sarang Harimau

Soeprijadi bukanlah Komandan Batalion Blitar. Meski ia pernah mendapatkan pelatihan Senindoyo, tetapi ia hanya mendapatkan jabatan sebagai Komandan Pleton I (Shodanco Dai Ici Shodan). Sedangkan posisi Komandan Batalion dijabat oleh Surakhmad.

Para pemuda yang bergabung dengan PETA di Blitar mereka mendapat pelatihan yang sangat keras. Pelatihan diberikan di bidang militer dan intelejen. Mereka mendapatkan pelatihan sampai dengan Bulan April 1944.

Setelah selesai pendidikan, para laskar PETA ini ditugaskan untuk membuat benteng-benteng di pedesaan. Dari hubungan dengan orang desa inilah para anggota PETA tahu bahwa Jepang sangat bengis kepada orang desa.

BACA JUGA:Harimau Putih dan Loreng, Duduk Perkara Penjelmaan Prabu Siliwangi dan Sisa-Sisa Prajurit Pajajaran

Para anggota PETA melihat langsung bagaimana Jepang memperlakukan para romusha dan mengambil bahan pangan penduduk. Selain Soeprijadi, beberapa pimpinan PETA Blitar yang ikut rapat adalah Halir Mangkudijaya, Muradi, Sumardi dan Sumanto.

Mereka inilah yang kemudian mengambil peran besar dalam pelaksanaan pemberontakan.

Pemberontakan dilakukan pada tanggal 14 Februari 1944. Sebenarnya pemberontakan akan dilakukan saat pelatihan bersama di Bojonegoro. Namun pelatihan tersebut dibatalkan karena ada kebocoran tentang rencana pemberontakan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: