Benarkah Majalengka Berasal dari Bahasa Cirebon?

RADARMAJALENGKA.COM - Nyaris setiap orang Majalengka tidak akan pernah menyangka dan percaya bahwa Majalengka berasal dari bahasa Cirebon, dari kata majae dan langka.

Ada orang Cirebon mencari-cari buah maja, tak tertemukan, maka ia pun bilang, majae langka. Kata orang Majalengka, itu artinya “majana teh euweuh.”

Versi lain, ada orang Cirebon menemukan buah maja yang jatuh dari pohon. Buah maja yang sudah dipegang itu terjatuh dan menggelinding ke jurang, tak tertemukan lagi.

Ia bersungut-sungut, “Wah, majae ilang, Cung!” Kata urang Majalengka, itu artinya “Wah, buah majana leungit.”

BACA JUGA:Awal Karib Hasan Mustapa, Snouck Hurgronje Dituduh Mata-Mata di Mekkah dan akan Dibunuh Orang-orang Arab

Versi keduanya, ada prajurit  Cirebon mengepung kraton Sindangkasih yang dikelilingi pohon maja. Tiba-tiba kraton dan pohon maja dan Ratu Nyi Rambut kasih  itu raib dari depan mata mereka.

Mereka teriak, “Majae langka, majae langka.” Warga Sindangkasih juga ikut teriak-teriak, “Majana euweuh, majana euweuh!”

Bagaimana hubungannya dengan desa Sindangkasih yang ada saat ini, dan kerap disebut sebagai tempat Kerajaan Sindangkasih?

Dari beragam penelusuran, kemungkinan yang terjadi adalah Majalengka dahulunya merupakan bagian dari wilayah Sindangkasih yang juga mencakup desa Sindangkasih saat ini.

BACA JUGA:Hasan Mustapa Lahirkan Karya 10.000 Guguritan, Ulama Nyeleneh Kawan Karib Snouck Hurgronje

Daerah Sindangkasih yang dijadikan pusat pemerintahan Kabupaten Majalengka itu kemudian dipisahkan sejak 11 Februari 1840 dengan besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari desa Sindangkasih.

Tegasnya, desa Sindangkasih dimekarkan menjadi desa Sindangkasih dan desa Majalengka.

Dalam hal ini bisa ada perkecualian, yaitu Sindangkasih dijadikan ibu kota Kabupaten Majalengka, sedangkan ibu kota distrik Sindangkasih lama dipindahkan ke desa Sindangkasih sekarang. Tapi, yang kedua ini tampaknya agak tidak logis dari sudut tata kota. 

Dengan demikian, kota Majalengka itu didirikan pada tanggal 11 Februari 1840 dengan besluit Gubjen Hinbel Nomor 2 (Tahun 1840).

Sumber: