Paguyuban Silihwangi Majakuning Siap Bersinergi dengan TNGC
SIAP BERSINERGIS: Pembina dan Ketua Paguyban Silihwangi siap bersinergis dengan TNGC dan memohon maaf atas adanya ketegangan dengan tim verifikasi.-PAI SUAPRDI-Radarmajalengka.com
MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.COM - Kelompok Tani Hutan (KTH) yang tergabung dalam Paguyuban Silihwangi Majakuning (Majalengka dan Kuningan) mengaku siap untuk bersinergis dengan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
Bahkan, mereka siap menjadi Garda Terdepan Kerjasama Kemitraan Konservasi Pemberdayaan Masyarakat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Pada Zona Tradisional Taman Nasional Gunung Ciremai.
Hal itu diungkapkan Eddy Syukur kepada Radar Cirebon group saat ditemui di sela kegiatan buka bersama kemarin (12/4) di salah satu kafe di Sindangwangi.
Dijelaskan dia, sejarah sebelum berdirinya Paguyuban Silihwangi Majakuning cukup Panjang. Kelompok atau paguyuban itu sendiri awalnya merupakan pemanfaatan HHBK yang telah berlangsung lama di TNGC, sebelum ditunjuk menjadi Taman Nasional. Kawasan itu sendiri awalnya merupakan wilayah kerja Perhutani yang sebagian diantaranya telah ditanami dengan berbagai MPTS (cengkeh, kopi, alpukat, pinus, dll).
Setelah ditetapkan menjadi kawasan taman nasional (TNGC), pemanfaatan berbagai jenis, HHBK tetap berlangsung dan belum ada legalitas.
BACA JUGA:PENAMPAKAN TERKINI Tol Cisumdawu Seksi 5 yang Besok Dipakai Mudik, Sudah Siap atau Diundur?
Selain HHBK, pemanfaatan yang selama ini berlangsung adalah wisata alam yang dilakukan oleh beberapa orang, misalnya pembangunan pondok wisata dan lainya.
Awalnya Paguyuban Silihwangi Majakuning terbentuk November 2021, dari perkumpulan kelompok masyarakat hutan dari 24 desa di sekitar TNGC di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka.
“Kemudian menyampaikan usulan kerja sama kemitraan konservasi pemberdayaan masyarakat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dengan dukungan para kepala desa masing-masing ke Kantor Balai TNGC. Setelah itu masyarakat 24 Kelompok Tani Hutan (KTH) membentuk Paguyuban Silihwangi,” paparnya.
Tujuanya sebagai wadah koordinasi dan komunikasi untuk mendampingi kelompok tani hutan dalam kerja sama kemitraan konservasi pemberdayaan masyarakat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Pada Zona Tradisional TNGC.
BACA JUGA:MUDIK FULL TOL Bandung - Cirebon Lewat Cisumdawu, 1 Jam Sampai, Tapi Perhatikan Ini Ya
Keingnan itu mendapatkan respons dan dukungan positif dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat termasuk Balai Taman Nasional Gunung Ciremai. Hal itu ditandai dengan adanya review zonasi TNGC bersama Pemda Kuningan yang dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pihak terkait, dalam rangka mengakomodir kepentingan seluruh masyarakat sekitar kawasan, terutama kerja sama kemitraan konservasi pemberdayaan masyarakat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Hal senada diungkapkan oleh Jejen Pahroji, Wakil Ketua Paguyuban. Kerja sama dan kemitraan maupun sinergitas antara paguyuban dan TNGC selama ini cukup bernilai positif, baik bagi masyarakat desa hutan maupun bagi kelestarian dan keamanan TNGC itu sendiri. Sehingga terjalin dan terbentuk sebuah hubungan yang harmonis dan saling menjaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: