PERHATIAN! Warga Majalengka Waspada Bencana, Cuaca Akhir-akhir Ini Ekstrem, Berikut Peringatan Dini BMKG

PERHATIAN! Warga Majalengka Waspada Bencana, Cuaca Akhir-akhir Ini Ekstrem, Berikut Peringatan Dini BMKG

Warga Kabupaten Majalengka perlu lebih siaga dengan kejadian bencana dan BMKG sudah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem 3 hari ke depan.-Dokumen-radarmajalengka.com

BACA JUGA:REALISTIS! Tol Cisumdawu Belum Tersambung ke Majalengka, Mau Dipakai Mudik?

“Bukan hanya terhadap warga yang berada di dataran tinggi. Memang longsor terjadi di dataran tinggi, tidak pernah di dataran rendah longsor, tapi bencana lain perlu diwaspadai,” jelasnya.

Untuk daerah rendah bencana yang perlu diwaspadai seperti angin puting beliung, sambaran petir dan banjir ketika musim penghujan.

Selama tahun 2013 bencana longsor terjadi sebanyak 36 kali, angin puting beliung sebanyak 12 kali, sambaran petir 1 kali dan banjir 5 kali.

Sementara itu Dede Muhani salah seorang warga Kertajati mengakui, saat ini wilayahnya setiap musim penghujan terus dihantui dengan ancaman banjir.

BACA JUGA:RAMADHAN, Warga Majalengka Bisa ke Masjd Raya Al Jabbar Lewat Tol Cisumdawu, 1 Jam Sampai, Masih Gratis

Pasalnya kata dia aliran Sungai Cimanuk kerap tidak mampu menampung debit air hujan, sehingga meluap ke areal pemukiman termasuk ke areal pertanian. 

Bahkan kata dia di wilayahnya saat ini ada daerah pertanian yang sudah tidak bisa ditanami karena kondisinya sudah mirip rawa, akibat banjir yang terus menyerang wilayahnya.

“Saat ini ancaman terbesar di wilayah Kertajati dan wilayah utara Majalengka lainya adalah ancaman banjir setiap turun hujan,“ ucapnya.

Oleh karena itu ia meminta kepada pemerintah khususnya BBWS untuk segera melakukan langkah antisipasi dengan melakukan pengerukan Sungai Cimanuk yang sudah mulai dangkal akibat abrasi maupun endapan lumpur yang terbawa hujan.

BACA JUGA:TOL CISUMDAWU Diharapkan Maret Selesai, Mau Dipakai Mudik!

Selain para petani di wilayah utara Majalengka, kecemasan serupa juga dirasakan para petani di wilayah tengah, seperti Leuwimunding, Rajagaluh, Palasah Sumberjaya, Sukahaji dan lainnya, terutama akibat intensitas hujan yang cukup tinggi.

Pasalnya mereka mengaku sangat kesulitan dan terancam merugi akibat areal pertanian yang selalu terendam banjir.

Misalnya saja kata Dadang petani asal Desa Cikeusik Sukahaji harus melakukan pemupukan dua hingga tiga kali, akibat proses pemupukan pertama gagal karena terhempas banjir saat hujan besar.

“Selain bagi petani yang sedang masa tanam, petani yang sedang panen juga terancam mengalami kerugian jika curah hujan cukup tinggi, karena mereka akan kesulitan saat menjemur hasil panennya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: