Jangan Mentang-mentang

Jangan Mentang-mentang

MH Said Abdullah, Ketua DPP PDI Perjuangan.-Dokumen-radarmajalengka.com

RADARMAJALENGKA.COM - Kalimat jangan mentang-mentang demikian viral baik di media cetak, media elektronik maupun dunia maya, media sosial, termasuk komunikasi whatsapp.

\Ungkapan yang disampaikan Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati saat pidato peringatan 50 tahun PDI Perjuangan itu menjadi kalimat paling sering disebut sepanjang pekan lalu.

Namun, sayangnya perbicangan mengabaikan konteks dan budaya internal di lingkungan PDI Perjuangan. Teks pun dibincangkan tidak utuh dan hanya dikutif atas dasar kepentingan dan persepsi subyektif.

Seharusnya, pernyataan itu dilihat dari pertama, posisi Ibu Megawati secara keseluruhan baik dari aspek formal maupun kultur yang ada di lingkungan PDI Perjuangan.

BACA JUGA:Tuhan Menciptakan Jawa Barat Ketika Sedang Tersenyum, Indahnya Terasering Panyaweuyan Saat Ini

Peran Ibu Megawati, yang mengawal partai sampai sekarang menjadi partai terbesar, dengan tantangan berat terutama di masa Orde Baru telah menempatkan posisi Ibu Megawati, tak sekedar sebagai pimpinan formal.

Di internal PDI Perjuangan, Ibu Megawati bukan sekedar sebagai Ketua Umum. Sosoknya, telah menjelma menjadi seorang ibu, baik dari segi usia maupun rekam jejak perjuangannya. 

Sosoknya sebagai seorang ibu, secara instingtif jelas mengayomi kader-kader PDI Perjuangan di seluruh Indonesia.

Dengan posisinya itu sikap dan pernyataan apapun dari Ibu Megawati merupakan ekspresi layaknya seorang ibu terhadap anak-anaknya.

BACA JUGA:Menteri Teten Masduki Hadiri Peresmian Gedung Creative Center

Karenanya, ketika mengatakan: "Kasihan deh Pak Jokowi, jika tak ada PDI Perjuangan," seperti pernyataan seorang ibu kepada putra dalam kehidupan keseharian. Apakah pernyataan serorang ibu, Eh, kamu jangan mentang-mentang yah. Kamu sekarang sudah jadi direktur, sudah hebat. Itu semua karena sekeluarga memberikan dukungan" merupakan pelecehan? 

Apakah pernyataan itu sebagai merendahkan? Mereka yang berpikir jernih tentu akan mengatakan semuanya merupakan ungkapan kasih sayang dan perhatian serta dukungan agar sang putra sukses dalam meraih prestasi, sekaligus rasa khawatir seorang ibu jika sampai anak anaknya lupa jati diri, makanya muncul kalimat “jangan mentang mentang”. Bukankah nasehat nasehat dan ekspresi kasih seperti itu sering kita jumpai dalam keluarga. 

Kedua, pernyataan Ibu Megawati seharusnya dilihat pula secara utuh, jangan sepenggal. Cobalah simak pernyataan Ibu Megawati berikutnya, yang dipisahkan dari keseluruhan pernyataan. "Itu legal formal lho. Beliau kan menjadi presiden legal formal. Diikutin terus sama saya. Aturannya, aturan mainnya." 

Rangkaian kalimat itu menegaskan bahwa seperti seorang Ibu terus membimbing, mengawasi, dan menjaga dari sejak Pak Jokowi jadi walikota, gubernur hingga saat sekarang sebagai Presiden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: