Hutan Larangan Gunung Ciremai, Ada di Sindangwangi Majalengka, Tidak Boleh Sembarangan Masuk

Hutan Larangan Gunung Ciremai, Ada di Sindangwangi Majalengka, Tidak Boleh Sembarangan Masuk

Hutan larangan Gunung Ciremai atau Gunung Larang di Desa Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka.-BTNGC-radarmajalengka.com

Radarmajalengka.com, MAJALANGKA – Gunung Ciremai memiliki hutan larangan, lokasinya di Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka. Kawasan ini termasuk yang disakralkan.

 

Hutan larangan Gunung Ciremai ini, sebenarnya luas areanya tidak terlalu luas. Namun, tidak sembarangan untuk bisa memasukinya.

Adapun hutan larangan termasuk di Gunung Ciremai adalah suatu area yang tidak boleh sembarangan orang memasukinya.

Hutan ini digolongkan bukan berdasarkan "vegetasi" atau bentang alam maupun secara "geografis", tetapi berdasarkan 'nilai sakral' yang diyakini oleh masyarakat setempat.

BACA JUGA:Yamaha Rayakan Ulang Tahun, Bangkit Dalam Ikatan Kuat Di Era Baru

Bagi mereka yang percaya, di hutan larangan terdapat 'pamali' atau pantangan yang tak boleh dilanggar seperti berkata kotor. Sebab bagi yang melanggar, akibatnya kontan diterima saat itu juga.

Area hutan ini juga dipercaya hanya bisa dimasuki dengan cara yang berbau 'mistis' karena merupakan tempat keramat di mana roh 'Karuhun' (nenek moyang, red) bersemayam.

Hutan larangan yang dimaksud ialah Gunung Larang. Area ini kebetulan satu hamparan dengan wisata bumi perkemahan Awi Lega dan Curug Cipeutueuy, Desa Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Majalengka, Jawa Barat.

"Kalau memasuki Gunung Larang harus meminta izin atau mengucapkan salam dan tidak mengeluarkan kata yang tidak pantas serta merusak alam. Sebab akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan akibat murka penghuninya," ungkap Mbah Kasmadi (65), seorang sesepuh.

BACA JUGA:Sopir Keluhkan Terkait Pembelian BBM Bersubsidi menggunakan Aplikasi

Menurut cerita masyarakat setempat memang telah banyak kejadian ganjil menimpa orang yang mengabaikan 'pamali' saat memasuki Gunung Larang atau hutan larangan Gunung Ciremai.

Seperti cerita Dodi (47) yang pernah mengalami kejadian aneh tiga tahun lalu saat mendampingi penelitian mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) di Gunung Larang.

"Waktu itu saya tak sengaja mengucapkan sesuatu yang kurang baik sehingga kami tersesat cukup lama di Gunung Larang,” kata Dodi.

Menurut dia, kejadian itu sungguh aneh, karena wilayah itu tidak terlalu luas. Beruntung kemudian ada bantuan datang.

BACA JUGA:Wabup Majalengka Akui Kehilangan Kader Terbaik

“Untungnya datang pertolongan dari seorang pengelola wisata Curug Cipeuteuy," tutur Dodi menceritakan kejadian yang menimpanya.

Mbah Kasmadi menambahkan cerita, konon di hutan larangan pernah berdiri kerajaan kecil di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran.

Kerajaan itu dipimpin Prabu Jambangan yang memiliki seorang 'Abdi Dalem' cantik jelita, Nyi Mas Larang namanya.

Kecantikan Nyi Mas Larang telah terkenal ke pelosok negeri bahkan hingga para pangeran dari kerajaan lain seperti pangeran dari Kerajaan Talaga Manggung, Sumedang Larang dan Saunggalah Kuningan.

BACA JUGA:Menpan RB Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia, Sempat Infeksi Paru-paru

Para pangeran itu mencoba melamar Nyi Mas. Namun entah mengapa Nyi Mas selalu menolak lamaran mereka.

Akibatnya, para pangeran bersitegang memperebutkan dirinya. Sang Prabu mencoba menengahi konflik tersebut dengan menyelenggarakan sayembara 'adu jajaten' (pertarungan, red).

Sabda raja, pemenang sayembara berhak menikahi Nyi Mas. Kemudian para pangeran mengeluarkan seluruh "elmu panimu, jampe pamake" (ilmu dan mantra kesaktian, red).

Sehingga terjadi pertarungan sengit. Akhirnya Patih Kebo Bule dari kerajaan Sumedang Larang keluar sebagai juara.

BACA JUGA:Jamaah Haji Majalengka Meninggal Dunia di Makkah, Berikut Identitasnya

Namun anehnya, Nyi Mas menolak mentah-mentah sang juara sayembara. Tentu saja, Patih Kebo Bule murka dan mengamuk di istana.

Menyaksikan kejadian itu, Nyi Mas merasa jengah lalu berwasiat: "Lebih baik aku 'ngahiang' beserta seluruh keraton daripada terjadi pertumpahan darah lagi."

Benar saja, tiba-tiba keraton beserta isinya raib. Tak lama munculah mata air yang mengalir begitu jernih.

Lalu Patih Kebo Bule yang amat sangat kecewa berbalik badan kembali ke kerajaannya di Sumedang. Sejak saat itu, tempat tersebut dinamai Gunung Larang.

BACA JUGA:Jamaah Haji Majalengka Meninggal Dunia di Makkah, Berikut Identitasnya

Cerita Gunung Larang atau hutan larangan ialah kearifan lokal dalam upaya menjaga kelestarian alam Gunung Ciremai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: