Bukan Hanya Binatang Raksasa Purba dan Sunan Gunung Jati, Desa Baribis Punya Ciri-Ciri Khusus

Sabtu 19-08-2023,09:54 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan
Bukan Hanya Binatang Raksasa Purba dan Sunan Gunung Jati, Desa Baribis Punya Ciri-Ciri Khusus

BACA JUGA:Sejarah Panjang Baribis Majalengka, Ditemukan Fosil Binatang Purba, Sekarang Ada Taman Air Mancur

Dari hal inilah sebuah peluang muncul dalam pengadaan material utama pendukung dalam pembangunan properti yaitu batu bata. Peluang tersebut tidak disia-siakan oleh warga Desa Baribis.

Meskipun dewasa ini sudah ditemukan inovasi bahan pengganti batu bata dalam membuat dinding bangunan, tetapi sebagian besar masyarakat Desa Baribis masih menggunakan dah membuat batu bata.

 Batu bata yang diproduksi masyarakat Baribis adalah batu bata merah. Jenis batu bata ini digunakan sebagai bahan untuk pembuatan dinding bangunan. 

BACA JUGA:Selain Alun-alun Majalengka, Taman Baribis Kini jadi Tempat Memadu Janji Muda-Mudi

Tingkat kekuatan dan kesejukannya dalam pembuatan rumah sangat tinggi jika dibandingkan dengan bahan yang menggunakan batu bata pres. 

Seperti telah diberitakan media ini, bukan hanya temuan yang kemungkinan fosil-fosil binatang raksasa zaman prasejarah, Desa Baribis ternyata tidak bisa dipisahkan dengan nama Sunan Gunung Jati Cirebon.

Bahkan salah satu desa di Kecamatan Cigasong ini, juga menjadi tonggak penyebaran Islam di Kabupaten Majalengka. 

Dari nama Baribis pun, konon tercetus ketika berlangsung pengembangan agama Islam di wilayah timur Majalangka Kota ini.

BACA JUGA:Fosil Rusa Purba di Majalengka, Ditemukan di Baribis, Disimpan di Gedung Juang

Ada lagi yang menarik, nama Baribis juga terkait dengan nama Brebes di Jawa Tengah. Warga desa itu yakin, salah satu pendiri Desa Baribis berasal dari Brebes.

Dalam Buku Sejarah Desa di Majalengka yang ditulis pada tahun 2012, di antaranya juga memuat masa lalu Desa Baribis, Kecamatan Cigasong.

Desa itu, mulanya hanya merupakan sebuah pedukuhan. Namanya Dukuh Asem.

Disebutkan, pada tahun 1302 M, datanglah ke Dukuh Asem sepasang suami istri. Mereka adalah Pangeran Jaya Wisaya dan Nyi Anta Sari Manik. 

BACA JUGA:Benarkah Majalengka adalah Sindangkasih?

Mereka datang ke Dukuh Asem menjalankan perintah Kanjeng Susuhunan Sultan Cirebon, Sunan Gunung Jati. Mereka diutus untuk menyebarkan agama islam di dukuh itu.

Kategori :