Banjir Rendam Puluhan Hektare Sawah, Pemdes Panyingkiran Jatitujuh Minta Normalisasi Sungai Cibuaya

Banjir Rendam Puluhan Hektare Sawah, Pemdes Panyingkiran Jatitujuh Minta Normalisasi Sungai Cibuaya

Akibat luapan sungai Cibuaya mengakibatkan lahan pertanian seluas 40 hektare di desa Panyingkiran Kecamatan Jatitujuh terendam banjir. Pemdes desak normalisasi sungai Cibuaya--

MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.COM – Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi di wilayah Jatitujuh menyebabkan kondisi sungai Cibuaya meluap dan mengakibatkan banjir. Seluas sekitar 40 hektare areal sawah di desa Panyingkiran Kecamatan Jatitujuh terendam banjir.

Kepala desa Panyingkiran Kecamatan Jatitujuh, Ana Lesmana menuturkan hingga Senin 5 Februari kondisi banjir memang sudah surut.

Namun kondisi ini memang sering terjadi terutama saat musim hujan. Imbasnya areal sawah di wilayahnya terdampak banjir hingga di khawatirkan terancam gagal panen.

"Kondisi ini disebabkan akibat luapan sungai Cibuaya yang membentang di sejumlah desa di wilayah kecamatan Jatitujuh. Karena sungai Cibuaya ini memang sudah lama mengalami pendangkalan," jelas Ana, kepada Radar.

BACA JUGA:Dirut Petrokimia Blusukan ke Gudang dan Kios Pupuk di Majalengka

Menurut dia, banjir memang tidak mengancam kepada rumah rumah penduduk karena hujan yang turun pada akhir pekan kemarin merupakan hujan lokal. Namun pihaknya khawatir memasuki puncak musim hujan yang diprediksi pada bulan Februari ini bakal berdampak terhadap penduduk serta puluhan hektare sawah lainnya.

Dia menyebutkan ada beberapa desa di wilayah Jatitujuh yang berada di bentangan sungai Cibuaya. Seperti desa di Utara diantaranya Desa Jatitujuh, Desa Panyingkiran, desa Babadjurang, desa Jatiraga, desa Sumber Kulon dan Sumber Wetan.

“Kami kasihan kepada para petani karena kondisi tanaman sudah mulai tumbuh bulir padi hingga beberapa diantaranya dalam beberapa bulan kedepan masuk panen MT I," tuturnya.

Akibat banjir tersebut, banyak warga terutama petani yang mengeluh karena khawatir berpengaruh terhadap hasil panennya. 

BACA JUGA:Fotografi : Menyelami Antara Sakral dan Viral

Menurutnya, banjir tersebut disebabkan oleh beberapa faktor selain curah hujan lokal tinggi yang tidak bisa dihindari. Kondisi sungai Cibuaya yang sudah dangkal dan perlu normalisasi, serta keberadaan Bandar udara Internasional Jawa Barat (BIJB) juga ikut memberikan dampak banjir tersebut diwilayah Jatitujuh karena penyempitan irigasi.

Untuk normalisasi sungai sendiri, kata Ana, pihak BBWS sudah beberapa kali datang melakukan pengukuran. Namun sampai banjir ini kembali terjadi program normalisasi tidak kunjung dilaksanakan.

Meski demikian, curah hujan katagori lokal ini banjir cepat surut. Wilayah di hilir sudah alih fungsi terutama terkait resapan air. Pasalnya selain daerah resapan air yang berkurang, namun juga air di wilayah BIJB dibuang ke wilayah hilir melalui sungai Cibuaya.

“Air dari hilir dibuang ke aliran sungai Jawura dan bermuara ke sungai Cibuaya. Sedangkan kondisi sungai sudah dangkal sehingga tidak bisa menahan debit air yang besar. Akibatnya beberapa areal persawahan terdampak banjir,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: