Makam Ini Dekat Bandara Kertajati, Prajurit Mataram Kalah Perang, Kenapa Jadi Buruan Pencari Ilmu Pelet?

RADARMAJALENGKA.COM-Prajurit Mataram Kalah Perang, Makamnya Jadi Tujuan Pemburu Ilmu Pelet, Dekat Bandara Kertajati

Kata Marongge selalu identik dengan asihan atau orang lebih mengenal dengan sebutan ilmu pelet.

Nama itu dikaitkan dengan ilmu pelet, lantaran kata Marongge selalu mencul pertama kali dalam benak para pengadu jodoh dengan cara yang tak lazim ini.

Para pengadu jodoh ini manggunakan ilmu supranatural untuk mendapatkan cinta seseorang. Caranya hanya dengan asihan atau ilmu pelet.

Padahal, Marongge itu hanya nama sebuah desa di Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang Jawa Barat. 

Marongge ini desa biasa. Lokasinya tak jauh dari Bandara Kertajati Majalengka. Juga dekat dengan exit tol Cisumdawu Jaya di Ujungjaya Sumedang.

Desa ini dikaitkan dengan asihan atau ilmu pelet lantaran ada sebuah makam tua, tempat banyak orang mengadu jodoh. Namanya Makam Keramat Marongge. 

Entah mengapa Makam Keramat Marongge ini dikaitkan dengan asihan atau ilmu pelet? Padahal Makam Keramat Marongge ini adalah satu kuburan tua dari salah seorang prajurit wanita Mataram yang kalah perang. 

Lokasi kuburan tua ini berada di Tempat Pemakaman Umum Desa Marongge. Tempat ini sekarang menjadi lokasi tujuan wisata religi Kabupaten Sumedang.

Lokasi makam ini dekat dengan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka. Jaraknya hanya 22 km. Jika menggunakan mobil bisa ditempuh kurang lebih 35 menit.

Dari bandara tak perlu masuk tol. Lewat jalan lama yang menuju ke Kadipaten. Dari Kadipaten langsung ke Tomo. 

Setelah itu mengikuti petunjuk jalan menuju ke Jatigede. Setelah pertigaan Tomo keJatigede itu, tak terlalu jauh sudah tiba di Desa Marongge. Di desa itulah makam keramat itu berada.

Tempat tersebut lebih di kenal sebagai makam keramat marongge. Sekarang sudah menjadi tempat wisata ziarah yang sangat terkenal di Kabupaten Sumedang.

Sejarah makam Marongge tak lepas dari kisah legenda Mbah Gabug dan tiga saudaranya Mbah Setayu, Mbah Naibah dan Mbah Naidah. 

Sumber: