Kerajaan Ini Diduga Ada di Kawasan Cimandung-Cangak, Wanagiri Perdikan Sunda Kuno di Palimanan Cirebon
![Kerajaan Ini Diduga Ada di Kawasan Cimandung-Cangak, Wanagiri Perdikan Sunda Kuno di Palimanan Cirebon](https://radarmajalengka.disway.id/upload/b3510947b13f9993119fe31bfd13f2c1.jpg)
Batu Prahu di Situs Cimandung (foto Pandu Radea)--
Untuk memperkuat kekuasaan Sunda Galuh di wilayah pesisir Cirebon, maka pertalian saudara semakin dikukuhkan melalui pernikahan.
Ki Gedeng Kasmaya menikah dengan Ratna Kirana dan memiliki beberapa orang putri diantaranya Rara Rudra yang dinikahi Surawijaya Sakti dan Ratna Keranjang dinikahi Ki Gedeng Tapa.
Ki Gedeng Tapa dan Surawijaya Sakti adalah penguasa Singapura, putra Niskala Wastukancana dari Mayangsari (adik bungsu Ki Gedeng Kasmaya, Bratalegawa dan Banawati).
Saat Ki Ageng Kasmaya memerintah di Wanagiri kerap disambangi adiknya yaitu Bratalegawa, saudagar kaya yang merupakan haji pertama di Sunda dan mengajaknya memeluk agama Islam.
Namun Ki Gedeng Kasmaya menolaknya dengan halus, demikian juga Ratu Banawati di Bumi Galuh juga menolak untuk memeluk agama Islam. Mengenai hubungan persaudaraan keturunan Prabu Bunisora Suradipati ini disebutkan dalam ‘Carita Parahyangan Sakeng Bhumi Jawa Kulwan’ Sargah 3/88-90:
Prabu Suradhipati, lawan abiseka nama nira, Prabu Batara Guru Pangadhipara Martajana Dewabrata, juga sinebut Batara Guru I Jampang. Ing pasanggamanira lawan rajabarya Dewi Laksmiwati, manakta siira pirang siki. patang siki pantaranya ya-20 tiku, pratama Raden Giridewata, atawa Kyageng Kasmaya, ngaranira waneh,pinaka ratu mandhala Cerebon Girang. Dwitiya, Raden Bratalagawa, ngaranira. Tritiya, Ratu Banawati, ngaranira, pinaka ratu mandhhala i Bumi Galuh. cautrta, Dewi Mayang Sari, pinaka stri dening Prabu Niskala Wastu Kencana. Hana pwa Dewi Mayangsari, mijiling, sewu rwa ngatus pitung puluh nem ikang sakakala.
Terjemahanya:
Prabhu Bhatara Guru Pangadhipamārtha Dewabrata juga disebut Bhatara Guru di Jampang. Dalam perkawinannya dengan Permaisuri Dewi Laksmiwati, beranaklah beberapa orang. Empat orang diantaranya yaitu, Pertama, Radem Giri Dewata atau Ki Ageng Kasmaya namanya yang lain. Selaku ratu daerah Cerbon Girang. Kedua, Raden Bratalagawa namanya. Ketiga, Ratu Banawati namanya. Selaku ratu daerah di bumi Galuh. Keempat, Dewi Mayangsari. Diperistri oleh Prabu Niskala Wastu Kencana. Adapun Dewi Mayangsari lahir pada seribu dua ratus tujuh piluh enam tarikh Saka (1276 S/1354 M).
Ketika putra Ki Gedeng Kasmaya yang bernama Ki Gedeng Carbon Girang (1437 – 1493 M) berkuasa menggantikan Ki Gedeng Kasmaya yang mengundurkan diri dan mendirikan Padepokan Sarwadadi di Desa Sarwadadi.
Nama Wanagiri diganti dengan nama Cirebon. Dikarenakan tahun 1445 di wilayah pesisir telah berdiri Desa Kebon Pesisir (Lemahwungkuk) yang didirikan oleh Ki Danusela (Ki Gedeng Alang-alang) dan Pangeran Walangsungsang yang dibantu Nyai Indang Geulis (istrinya) dan Nyimas Rarasantang adik kandungnya yang kemudian berkembang menjadi Cirebon Larang. Untuk membedakannya, Kerajaan Cirebon pun menjadi Cirebon Girang.
Ki Danusela, adalah adik Resi Danuwarsih ayah dari Indang Geulis. Istri Ki Danusela bernama Nyai Arumsari adalah putra Ki Gedeng Kasmaya. Setelah Ki Gedeng Danusela meninggal tahun 1447 M, penerusnya adalah Walangsungsang (Samadullah) sebagai kuwu kedua dengan gelar Pangeran Cakrabuana.
Cirebon Larang dan Cirebon Girang pun disatukan dengan ditandai oleh sungai yang hulunya di Sungai Suba di Caruban Girang dan muaranya disebut sungai Krian di Caruban Larang.
Budaya tutur meyakini Situs Ciamandung adalah bekas kekuasaan Galuh dan diyakini sebagai istana kerajaan. Namun kondisi saat ini kawasan Cimandung merupakan hutan yang cukup lebat dan sejauh ini belum ditemukan jejak adanya pondasi bangunan semacam istana yang diduga peninggalan Wanagiri.
Menurutnya, setelah Ki Gedeng Kasmaya meninggal, lokasi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Ki Gede Alang-alang dan Cakrabuana sebagai tempat tirakat.
Di lokasi gunung yang luasnya mencapai 20 hektare itu terdapat sembilan mata air dan empat buah batu besar yang masing-masing masih diselimuti mitos dan disakralkan oleh para peziarah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: