Disusupi Filsuf Nazi, Pembakaran Al-Quran di Negara-negara Skandinavia Kian Marak

Disusupi Filsuf Nazi, Pembakaran Al-Quran di Negara-negara Skandinavia Kian Marak

Aksi pembakaran Al-Qur'an oleh Salwan Momika di depan sebuah masjid di Stockholm pada Rabu, 28 Juni 2023. (AFP via Getty Images)--

RADARMAJALENGKA.COM- Akademisi Inggris mengatakan, penistaan kitab suci Alquran di negara-negara Skandinavia adalah tindakan ekstremis yang harus dicegah.

Seorang profesor masyarakat dan agama di Pusat Studi Islam di Universitas SOAS, Alison Scott-Baumann menyatakan, pembakaran Alquran di negara-negara Skandinavia adalah akibat dari efek yang ditimbulkan oleh wacana para politisi, yang disusupi oleh gagasan menciptakan musuh dalam masyarakat, seperti yang diutarakan oleh filsuf Nazi, Carl Schmidt.

"Pemerintah yang demokratis harus bisa membedakan antara kebebasan berbicara dan provokasi yang disengaja. Ini adalah tindakan provokasi," kata Scott-Baumann, dilaporkan Anadolu Agency, Jumat (4/8/2023).

BACA JUGA:Kerajaan Ini Ajak 40 Negara Bahas Operasi Militer Khusus Rusia ke Ukraina, Putin Tidak Hadir

Scott-Baumann mengingat keputusan Uni Eropa bahwa, tindakan yang memicu kekerasan bukanlah kebebasan berekspresi tetapi tindakan ilegal. Kendati demikian, Scott-Baumann menekankan bahwa negara-negara Skandinavia memandang diri mereka istimewa dalam hal kebebasan berekspresi.

"Ini, menurut saya, di negara beradab mana pun, ini adalah tindakan ilegal," kata Scott-Baumann.

Filsuf Nazi, Schmitt mengatakan, untuk mencapai masyarakat yang damai, sangat penting untuk membangun musuh internal untuk dibenci.  "Ini adalah situasi saat ini di negara-negara Nordik," kata Scott-Baumann.

BACA JUGA:Penistaan Agama, Sebelum Panji Gumilang Dulu Ada Djojodikoro-Djawi Hiswara

Scott-Baumann menambahkan, jika masyarakat menciptakan musuh, orang akan mengarahkan kebencian mereka kepada musuh buatan, bukan pemerintah. Dia menegaskan, media sosial punya peran besar dalam menyebarkan kebencian. Dia mengatakan, media sosial sangat efektif dalam menyiarkan pembakaran Alquran karena pesan kebencian itu menyebar dalam hitungan detik.

David Thomas, profesor teologi dan agama University of Birmingham kepada laman berita Anadolu mengatakan, pembakaran Alquran benar-benar tindakan ekstremis. 

 ‘’Itu jelas tindakan ekstrem. Tak mudah memang mengetahui motif pasti pelaku pembakaran. Namun yang jelas mereka anti-Islam dan mereka tahu pembakaran Alquran ini sendiri memicu reaksi,’’ kata Thomas. 

BACA JUGA:Ada Apa dengan Tanggal 21 Februari 2024? Ini Ramalan yang Terjadi

Ia menambahkan, kecaman atas serangan terhadap Alquran di seluruh dunia termasuk dari Pemerintah Inggris dapat dimengerti. ‘’Alquran bagi Muslim bukan sekadar kitab. Maka bisa dipahami Muslim merasa terhina,’’ jelasnya. 

Terkait desakan agar pemerintah menerapkan undang-undang untuk mencegah serangan terhadap kitab suci dari agama manapun, ia mengakui itu sulit. Sebab ketika sebuah pemerintah meloloskan undang-undang semacam itu, ada konsekuensi yang harus dihadapi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: