Jadi Warisan Budaya, Upacara Seren Taun di Cigugur Meriah

Jadi Warisan Budaya, Upacara Seren Taun di Cigugur Meriah

ACARA PUNCAK: Upacara Adat Seren Taun 22 Rayagung 1956 Saka Sunda menampilkan tari-tarian di pelataran Gedung Paseban Tri Panca Tunggal, Selasa (11/7). -ist-Radarkuningan.com

KUNINGAN, RADARMAJALENGKA.COM – Beragam tarian dan pertunjukan kesenian yang menggambarkan kekayaan bangsa Indonesia, mulai dari tari Jamparing Apsari, Tari Puragabaya Gebang, Tari Maung Lugay, Kesenian Angklung Buncis, Angklung Kanekes, Tari Buyung yang ditutup dengan pertunjukan Heleran Memeron dan Ngajayak.

Ditampilkan dalam acara puncak Upacara Adat Seren Taun 22 Rayagung 1956 Saka Sunda dengan tema “Merawat Pusaka Budaya Nusantara” bertempat di pelataran Gedung Paseban Tri Panca Tunggal, Selasa (11/7). Upacara tersebut merupakan puncak acara dari rangkaian akhir peringatan seren taun yang digelar tiap tahunnya oleh Yayasan Tri Panca Tunggal.

Hadir pada kesempatan tersebut, Bupati Kuningan H Acep Purnama SH MH, Staff Ahli Kemendikbudristek, Ketua Komnas Perempuan RI, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kuningan, beberapa Kepala SKPD, Pupuhu Masyarakat AKUR, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Cigugur dan tamu undangan lainnya.

Kemudian tamu undangan memasuki Ruang Jinem Paseban untuk mendengarkan sambutan dan bersiap mengikuti serangkaian acara lainnya.

BACA JUGA:Hari Kependudukan Dunia 2023, Kepala BKKBN: Masyarakat Jadi Kuat Saat Perempuan dan Anak Diberdayakan

BACA JUGA:Bupati Apresiasi Bantuan Balai TNGC kepada 17 Desa

Ketua Panitia Seren Taun Ratu Juwita Djatikusumah menyampaikan terima kasih kepada segenap tamu undangan yang telah hadir dari berbagai kalangan seperti akademisi, birokrat dan pegiat budaya di seluruh Tanah Air.

“Ini merupakan spirit kebersamaan dalam menghargai berbagai perbedaan yang ada di sekitar kita. Bahwasanya kita dapat bersama-sama membangun Bangsa Indonesia di atas perbedaan itu,” ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Kuningan Acep Purnama dalam sambutannya mengungkapkan kebahagiaannya atas eksistensi yang nyata, bahwa terdapat satu komunitas di wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Kuningan yang tidak pernah mengenal lelah dalam mewujudkan ajegnya marwah kebudayaan yang berbasis kearifan lokal.

“Ikhtiar ini merupakan bentuk nyata dalam upaya mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan objek-objek pemajuan kebudayaan, karena sejatinya setiap individu maupun kelompok memiliki kewajiban untuk melakukan upaya tersebut, yaitu upaya pemeliharaan, pengembangan, pelestarian, dan pembanfaatan objek-objek pemajuan kebudayaan,” ujar Acep.

BACA JUGA:Kawasan Duren Sinapeul Bisa Seperti Kebun Duren Darmaraja Sumedang

BACA JUGA:Aufa Jadi Duta Batik Cilik Majalengka

Lebih lanjut Acep mengatakan, bahwa ikhtiar membendung dampak-dampak buruk dari perkembangan zaman, perlu terus dilakukan. Semua komponen masyarakat harus diarahkan pada pemahaman yang sama, yaitu masyarakat yang berkeadaban, masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai, norma dan hukum dalam bingkai nilai-nilai keimanan, budaya, kearifan lokal dan moral, dalam memanfaatkan ilmu, dan teknologi.

“Ikhtiar tersebut secara kasat mata telah ditunjukan oleh komunitas masyarakat AKUR Sunda Wiwitan Cigugur Kuningan, berupa gelaran monumental yang secara rutin dan terpola dilaksanakan, yaitu upacara adat seren taun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: