Hadapi Musim Penghujan, Produksi Opak Butuh Dukungan Mesin Pengering

Hadapi Musim Penghujan, Produksi Opak Butuh Dukungan Mesin Pengering

BUTUH SUPPORT: Salah seorang perajin opak, Dian Revanita (35), warga RT 04 RW 01 Blok Linggawangi, Desa Waringin.-istimewa-Radarmajalengka.com

MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.COM Opak merupakan camilan tradisional yang terbuat dari singkong dan cukup digemari oleh warga Kabupaten Majalengka.

Di Desa Waringin, Kecamatan Palasah, terdapat opak khas yang dikenal dengan nama Opak Berca.
Secara umum, Opak Berca mirip dengan opak singkong lainnya, namun produk yang diproduksi warga Blok Linggawangi RW 01 ini dikenal lebih gurih dan renyah.

Opak Berca dari Desa Waringin memiliki cita rasa unik yang mulai dikenal hingga ke luar daerah, bahkan mancanegara, termasuk Singapura.

Produk ini semakin diminati karena kelezatannya yang khas. Meski demikian, proses pembuatannya masih dilakukan secara manual tanpa bantuan peralatan modern seperti oven.

BACA JUGA:Waspadai Kasus Demam Berdarah di Masa Peralihan Musim, Satu Meninggal

Saat musim penghujan tiba, proses pengeringan menjadi lebih lama sehingga produksi tidak dapat berjalan secara konsisten, dan kualitas produk pun menjadi kurang maksimal.

Salah seorang perajin opak, Dian Revanita (35), warga RT 04 RW 01 Blok Linggawangi, Desa Waringin, menyebutkan bahwa dirinya telah memproduksi opak, termasuk Opak Berca, selama bertahun-tahun.
Menurut Dian, pemasarannya telah menjangkau Kalimantan dan bahkan hingga ke luar negeri, seperti Singapura.

“Kami kirim opak melalui paket ke Singapura,” ujar wanita asal Jakarta yang sudah lama menetap di Waringin ini.
Menurut istri dari Maman Timan tersebut, opak Berca buatannya terbuat dari singkong lokal.

Ia menyebutkan bahwa bahan baku singkong cukup mudah diperoleh dari para pemasok, dengan harga berkisar antara Rp6.000 hingga Rp8.000 per kilogram.

BACA JUGA:Pengurus DKM Al Imam Dikukuhkan

“Setiap hari kami menghabiskan sekitar 50 kilogram singkong dan dapat memproduksi sekitar 3.500 buah opak.
Adapun harga jualnya cukup terjangkau, yakni Rp18.000 per 100 buah,” ungkapnya kepada wartawan.
Dian menjelaskan bahwa seluruh proses pembuatan masih dilakukan secara tradisional.

Singkong direbus terlebih dahulu, kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bumbu seperti daun bawang, gula, garam, dan bawang putih.

Setelah menjadi adonan, opak dicetak bulat kecil menggunakan alat cetak, kemudian direbus kembali sebelum dijemur di atas anyaman bambu khusus.

“Kami masih mengandalkan panas matahari untuk mengeringkan opak. Jadi, saat musim penghujan, produksi kami menjadi tidak maksimal,” tambah Dian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: