Pendekatan PDIP ke Beberapa Parpol Terlalu Lama Mengandung Risiko

Pendekatan PDIP ke Beberapa Parpol Terlalu Lama Mengandung Risiko

Adi Junadi-istimewa-Radarmajalengka.com

MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.COM  - Menjelang Pilkada 2024, Kabupaten Majalengka menampilkan lanskap politik yang menarik.

Adi Junadi, seorang pemerhati Komunikasi Politik dari Kota Angin, mengatakan bahwa Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Majalengka, yang mengusung Karna Sobahi sebagai calon bupati, menjalankan strategi komunikasi politik yang dinamis dan pragmatis.

Pada bulan Mei lalu, PDIP menjalin komunikasi dengan PAN, yang sendiri mengusung Hj Sherly Kusuma sebagai calon wakil bupati.

Namun, pada akhir Juni 2024, PDIP juga berkomunikasi dengan Gerindra yang mengusung H Didin Jaenudin sebagai calon wakil bupati.

BACA JUGA:Puluhan Pemuda Di Kabupaten Majalengka, Gabung Jaringan Gondrong

"Ini menunjukkan fleksibilitas partai dalam membangun koalisi, meskipun terdapat sejarah persaingan dengan Gerindra pada Pilpres 2024," kata Adi.

Dosen FISI Universitas Majalengka (Unma) ini mengungkapkan bahwa fenomena ini menegaskan bahwa politik lokal memiliki dinamika tersendiri, yang tidak selalu sejalan dengan politik nasional.

Strategi ini mencerminkan pragmatisme politik lokal yang mengutamakan kepentingan elektoral di atas ideologi partai, menunjukkan upaya PDI Perjuangan untuk memperluas basis dukungan dan mengakomodasi berbagai kepentingan politik lokal.

PDI Perjuangan juga memahami bahwa koalisi di tingkat daerah dapat lebih fleksibel dibandingkan di tingkat nasional.

BACA JUGA:Nadwah Jamiyyah PC Persistri Dimulai

"Namun, pendekatan ini juga mengandung risiko. Terlalu lama dalam fase penjajakan dapat menimbulkan kesan ketidakpastian, dan inkonsistensi antara politik lokal dan nasional dapat memunculkan pertanyaan tentang integritas kebijakan partai," nilai Adi.

Ke depan, kata Adi, PDI Perjuangan perlu segera mengkonsolidasikan pilihannya.
Ketegasan dalam menentukan pasangan calon akan memberikan waktu yang cukup untuk membangun narasi kampanye yang solid.

Bagi masyarakat Majalengka, dinamika ini menjadi pelajaran berharga tentang kompleksitas politik lokal.
Ini juga menjadi pengingat bahwa dalam demokrasi, warga perlu kritis menilai konsistensi dan komitmen partai politik, bukan hanya terpaku pada figur calon pemimpin.

Terlepas dari keputusan akhir PDIP nanti, Pilkada Majalengka 2024 telah memberikan gambaran menarik tentang bagaimana partai politik harus bisa memadukan pragmatisme lokal dengan konsistensi ideologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: