Riwayat Bawen Jalur Tentara Sultan Agung, Tanpa SIM B2 Umum Picu Tabrakan Beruntun 16 Kendaraan 30 Korban

Riwayat Bawen Jalur Tentara Sultan Agung, Tanpa SIM B2 Umum Picu Tabrakan Beruntun 16 Kendaraan 30 Korban

Bawen lama (KITLV)--

RADARMAJALENGKA.COM-Korban kecelakaan beruntun di Simpang Exit Tol Bawen mencapai 30 orang dan melibatkan 16 kendaraan baik roda dua maupun roda empat, satu lagi identitas korban tewas dapat diketahui yakni Aldi Eko Saputro warga Banyumanik, Kota Semarang.

"Secara keseluruhan jumlah korban dalam kecelakaan beruntun capai 30 orang yakni empat tewas dan 26 orang luka," kata Kepala Polres Semarang Ajun Komisaris Besar Achmad Oka Mahendra Minggu (24/9).

Tiga korban tewas dalam kecelakaan tersebut, kata Achmad, telah teridentifikasi yakni Rudy Oky Candra dan Aditya Dwiky Hartanto keduanya merupakan warga Kadirojo, serta Aldi Eko Saputro warga Banyumanik, sedangkan satu lagi belum diketahui identitasnya.

Sedangkan korban luka sebagian masih menjalani perawatan di tiga rumah, lanjut Achmad Oka Mahendra, yakni RS At-Tin Bawen, RS Kensaras dan RS Gunawan Mangunkusumo Ambarawa, sedangkan korban luka ringan berangsur-angsur diperbolehkan pulang untuk rawat jalan.

Berdasarkan pemeriksaan sementara, ungkap Achmad Oka Mahendra, jumlah kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan beruntun di Simpang Exit Tol Bawen, Kabupaten Semarang itu sebanyak 16 unit yakni sembilan motor dan tujuh mobil.

"Masih terus dilakukan pemeriksaan dan kendaraan masih diamankan di Polsek Ambarawa," imbuhnya.

Meskipun hingga saat ini belum menetapkan tersangka dalam kecelakaan itu, namun berdasarkan pemeriksaan terhadap pengemudi truk Agus Riyanto,44, diketahui  tidak memiliki SIM B2 Umum sebagaimana dipersyaratkan untuk pengemudi kendaraan bertonase besar.

"Agus Riyanto hanya memiliki SIM A, itu juga akan menjadi  pertimbangan untuk menentukan status selanjutnya," ujarnya.

Riwayat Bawen sangat panjang. Jalan Solo menuju Bawen lalu ke Semarang ini dibuka oleh Sultan Agung Hadi Prabu Hanyakrakusuma, Sultan Solo (memerintah tahun 1613–1645), sebagai jalur untuk mengirim pasukan dan logistik ketika Sultan Agung menyerang dan akhirnya menguasai kota-kota di pesisir utara Jawa. Lasem direbut pada 1616, Rembang 1617, dan akhirnya Tuban –kota besar- bisa direbut pada 1619.

Jalur Bawen-Semarang  juga digunakan Sultan Agung untuk mengirim tentara menuju Batavia, ketika sultan yang bernama asli Raden Mas Jatmika ini berperang melawan Belanda.

Saat itu jalur Bawen menuju Yogya belum ada. Jalur ini dibangun dan mulai dihidupkan sekitar satu abad kemudian, akibat Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755,  ketika Kerajaan Mataram pecah menjadi dua kerajaan, Solo dengan Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Yogyakarta dengan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Jalur vital Bawen pernah dipakai untuk mengirim hasil perkebunan seperti kopi, teh dan karet menuju Semarang ketika Belanda semakin berkuasa di Jawa Tengah.

Belanda membangun beberapa kantor perkebunan di sekitar Bawen, juga mendirikan sekolah guru pertama di sana. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: