Dianggap Pohon Suci, Orang Ini Pertama Bawa Tumbuhan Jati ke Tanah Jawa, Ditanam di Area Candi Hormati Shiwa

Dianggap Pohon Suci, Orang Ini Pertama Bawa Tumbuhan Jati ke Tanah Jawa, Ditanam di Area Candi Hormati Shiwa

Pohon jati besar (Tectona grandis) yang didorong oleh Gerakan Samin untuk dimanfaatkan penduduk Blora sebagai pemenuhan kebutuhan hidup. (wikimedia commons) --

RADARMAJALENGKA.COM-Peradaban kayu jati diakui memiliki sejarah yang cukup panjang bagi masyarakat Jawa.

Hal ini bisa dilihat dari berbagai macam peninggalan sejarah dalam wujud bangunan seperti rumah tradisional Jawa, masjid, pendopo-pendopo keraton, mebel maupun dalam Serat Centhini. 

Sebuah rumah makan berkonsep joglo yang dipenuhi pintu di bagian dindingnya telah memikat mata.

Seorang rekan pengajar, Mukhlis Sidiq Harmanto telah memandu saya untuk melihat fenomena sosial unik di Jawa. 

Menurut Mukhlis, orang (Jawa) terdahulu memandang status sosialnya di masyarakat berdasarkan kepemilikan kayu jati sebagai bagian dari arsitektur yang lekat dalam rumahnya. 

Sebagaimana disebut oleh Muhammad Zamroni dalam Gelar: Jurnal Seni Budaya berjudul Jati Jawa kontribusi kayu jati bagi masyarakat Jawa (2014) menyebut bahwa Masyarakat Jawa memandang siapapun yang dapat memanfaatkan dan memiliki produk turunan dari kayu jati, memiliki status sosial yang tinggi. 

"Kayu jati terkenal sebagai kayu yang cukup mahal harganya. Hal ini disebabkan karena keunggulan-keunggulan yang terdapat dalam kayu jati, tidak dimiliki oleh kayu-kayu yang lain," tambahnya.

Dalam Serat Centhini (1814-1824), pujangga Keraton Kasunanan Solo turut memuat pengetahuan tentang kayu tersebut.

Beberapa juru tulis istana lelana atau pengembara mengumpulkan informasi, termasuk hasil dialog orang Jawa mengenai dunia flora.

Saking akrabnya manusia Jawa dengan pohon jati selama berabad-abad, mampu menelurkan ciri atau sifat kayu. Kayu ini diyakini mengusung watak yang dapat membuat pemakainya hidup sejahtera dan rukun.

“Umumnya, dipakai untuk kerangka pintu rumah, pintu pagar batu, tiang penyangga rumah bagian dalam, pencak suji (jenis pagar), dan grogol (pagar yang lebih kokoh ketimbang pencak suji,” tulis Dosen Prodi Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Heri Priyatmoko dalam artikel berjudul Pohon Jati di Mata Orang Jawa Kuno.

Dari catatan sejarah, muasal tumbuhan jati berasal dari Gujarat, India. Tumbuhan ini dibawa iring oleh pedagang India ke Tanah Jawa.

Ketika itu raja menilai jati sebagai pohon suci. Lalu petinggi kerajaan mengimpor jati dari Kalingga di Pantai Timur India Selatan.

Heri menyebut sedari abad ke 2, masyarakat Jawa telah membiasakan menaman jati di sekitar candi. Bagi mereka, pohon jati di lingkungan candi untuk menghormati Dewa Shiwa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: