GEBANG Dahulu Hutan Angker, Babad Alas Pakai Keris Setan Kober Dibantu Bangsa Jin, Pendirinya Punya 6 Julukan

GEBANG Dahulu Hutan Angker, Babad Alas Pakai Keris Setan Kober Dibantu Bangsa Jin, Pendirinya Punya 6 Julukan

Kraton Gebang (direktoripariwisata.id)--

RADARMAJALENGKA.COM- Desa Gebang, merupakan salah satu desa bersejarah dalam penyebaran Islam di Cirebon.

Nama Gebang sendiri, berasal dari salah satu pohon bernama Pohon Gebang yang tumbuh subur di wilayah pesisir.

Sebelum menjadi pedukuhan, daerah tersebut merupakan hutan belantara yang terkenal sangat angker.

Pangeran Sutajaya Wira Upas, putra dari Pangeran Wirasuta yang merupakan cucu Mahkota Kasultanan Cirebon pun mendapat tugas dari Sultan Cirebon agar membabad alas roban tersebut.

Saat babad alas, Pangeran Sutajaya menggunakan pusaka sebuah keris yang bernama Setan Kober dan dibantu pawongan dari bangsa jin bernama Lorod.

Setelah selesai babad alas roban, Pangeran Sutajaya diberi hadiah sultan berupa tanah.

Tanah tersebut lalu ditumbuhi pohon gebang. Sesuai dengan cita-cita ayahandanya yang ingin menyebarluaskan agama Islam di Cirebon bagian timur, tanah itu pun dijadikan pedukuhan yang diberi nama Gebang.

Seiring waktu, Pedukuhan Gebang menjadi sangat luas dan terus menyebar hingga ke arah bagian selatan Ciawi-Kuningan.

Wilayah Gebang kemudian ditetapkan sebagai daerah protektorat kompeni yang meliputi daerah pantai Cirebon di utara hingga Cijulang di selatan. Serta sebelah barat berbatasan dengan Kesultanan Cirebon dan sebelah timur dengan Kesultanan Mataram.

Oleh karenanya untuk memerintah wilayah atau suku-suku di daerah Gebang, Pangeran Sutajaya sempat mendirikan sebuah keraton di Dusun Krapyak, Desa Gebang Kulon, Kecamatan Gebang sebagai pusat pemerintahan. 

Pangeran Sutajaya diberi hak untuk memerintahkan dan mengatur rakyat sekitar.

Selain sebagai pusat pemerintahan, Keraton Gebang sempat difungsikan untuk gudang logistik Kesultanan Mataram pada peristiwa penyerbuan ke Batavia melawan kongsi dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Namun rupanya, Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal wilayah kongsi VOC mengetahui hal ini, sehingga mengirim pasukan untuk menghancurkan Keraton Gebang.

Setelah peristiwa ini, Pangeran Sutajaya menikahkan putrinya yang bernama Ratu Agung dengan Pangeran Sujatmaningrat atau Pangeran Pengantin dari Kesultanan Kanoman. Pada tahun 1860 Pangeran Sujatmaningrat mendirikan keraton baru sebagai pengganti keraton yang dihancurkan oleh Belanda yang hingga sekarang masih berdiri dan disebut dengan Keraton Gebang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: