Dianggap Negeri Ophir Nabi Sulaiman, Petualang Eropa Abad ke-15 Cari Emas di Kawasan Ini

Dianggap Negeri Ophir Nabi Sulaiman, Petualang Eropa Abad ke-15 Cari Emas di Kawasan Ini

Peta kuno Paparan Sunda: Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa dan Kalimantan (Sumber: wikipedia.org)--

RADARMAJALENGKA.COM-Sumatera yang dieja dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) "Sumatra".

Pulau Sumatera adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia, dengan luas 473.481 km².

Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu Pulau PerchaAndalas, atau Suwarnadwipa  Kita masih bisa menemukan peta kuno yang masih menulis nama Andalas untuk Sumatera.

Pulau Sumatera, tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, disebut-sebut sebagai “Pulau Emas”.

Dalam bahasa Minang disebut "pulau ameh" yang kita jumpai dalam cerita Cindur Mata dari Minangkabau.

Dalam bahasa Lampung disebut "tanoh mas" untuk menyebut pulau Sumatera.

Pendeta I-tsing (634-713) dari Cina, yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi.) pada abad ke-7, menyebut pulau Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti “negeri emas”.

Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: suvarnadipasuwarnadwipa (”pulau emas”) sebagai bagian dari suvarnabhumisuwarnabhumi (Asia Tenggara).

Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi.

Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi.

Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa. Para musafir Arab menyebut pulau Sumatera dengan nama Serendib, Suwarandib transliterasi dari nama Suwarnadwipa.

Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Cuma entah kenapa, ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilanka, yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa!

Di kalangan bangsa Yunani purba, Pulau Sumatera sudah dikenal dengan nama Taprobana.

Nama Taprobana Insula telah dipakai oleh Klaudios Ptolemaios, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika dia menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Geographike Hyphegesis.

Ptolemaios menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Mungkin sekali negeri yang dimaksudkan adalah Barus di pantai barat Sumatera, yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus.

Naskah (Kitab) Yunani tahun 70, yang berjudul "Periplous tes Erythras Thalasses", mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos, yang artinya ‘pulau emas’.

Dalam kitab "Geographike Hyphegenesis" menyebutnya Argyre Chora, Chryse Chora, Chryse Chersonessos (semenanjung emas) dan Iobadiou (pulau Jelai).

Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi tanah air kita, terutama Sumatera.

Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica) yang saat itu hanya ada di Sumatera.

Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada naskah "Historia Naturalis" karya Plini abad pertama Masehi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: