Prasasti untuk Mengenang Perjuangan Perempuan hebat, Yuyu Yusanah

Prasasti untuk Mengenang Perjuangan Perempuan hebat, Yuyu Yusanah

BERSERJARAH: Muspika Kecamatan Bantarujeg beserta pemerintah desa menghadiri peletakan batu pertama di sekitar terowongan, Kamis (22/12).--

RADARMAJALENGKA.ID - Almarhumah Yuyu Yusanah warga Desa Cipeundeuy, Kecamatan Bantarujeg pantas mendapat apresiasi atas perjuangannya membangun sebuah terowongan saluran air, sepanjang 200 meter pada tahun 1987 lalu.

Untuk mengenang sosok perempuan tangguh ini, di momentum Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember 2022, Pemerintah Kecamatan Bantarujeg menginisiasi pembuatan prasasti di sekitar terowongan air.

Kegiatan peletakan batu pertama dilaksanakan pada Kamis (22/12) dengan dihadiri Muspika Kecamatan, Pemerintah Desa dan Dinas DP3AKB Kabupaten Majalengka.

Camat Bantarujeg Nunung Nurlaela melalui Sekretaris Camat Yusmanto menyampaikan bahwa peletakan batu prasasti ini untuk mengenang karya besar almarhum Yuyun Yusanah yang telah menggagas kemudian melaksanakan satu idenya itu secara nyata yakni membuat terowongan air.

Sampai saat ini, meski pembuatannya dilakukan tahun 1987 sangat luar biasa manfaatnya. Tidak hanya dirasakan oleh keluarganya saja, tetapi lebih banyak manfaatnya bagi masyarakat umum, khususnya Desa Cipeundeuy.
"Bahkan, setelah saya cek ada 50 hektare lebih diairi dari terowongan hasil karya almarhumah Bu Yuyun ini," ungkapnya.

BACA JUGA:Enam Ribu Peserta Ikuti Jalan Santai Kemenag

Yusmanto berharap semua pihak bisa bersama-sama merawat terowongan ini dengan memberikan satu kontribusi, yakni penataan fisik agar saluran air tidak terbuang.
Di area tersebut terdapat sebuah embung seluas kurang lebih 700 meter yang masih alami belum ada sentuhan. Oleh karena itu, Yusmanto memohon bantuan kepada berbagai pihak untuk melestarikan peninggalan yang sangat berharga ini.

"Ke depannya perawatan mungkin bisa dilakukan satu bulan sekali, tiga bulan sekali atau setahun sekali. Kalau dipelihara secara rutin manfaatnya akan luas. Perawatan bukan hanya pemerintah daerah, pemerintah desa dan kecamatan tetapi juga masyarakat,” katanya.

Mewakili pihak keluarga Yuyu Yusanah, Kiai Safrudin yang juga merupakan salah satu saksi perjuangannya menceritakan sejarah terowongan. Berawal dari kebutuhan untuk mengairi sawah keluarga almarhum yang tak sampai satu hektare. Saat itu, selalu kekurangan air sehingga hasil panen tidak maksimal.

Kondisi tersebut mendorong almarhum Yuyu untuk menggali sebuah terowongan air dengan harapan agar sawahnya bisa terairi.

BACA JUGA:Pastikan Keamanan, Kapolres Majalengka Cek Kesiapan Pos Pam Jalur Lalin Jelang Nataru

Gagasan itu, sebelumnya sempat dibicarakan kepada suaminya bernama Hasan yang sempat tidak yakin gagasan istrinya akan berhasil.

"Apalagi medannya, selain penuh dengan batu-batu yang keras di bukit, biayanya pun pasti mahal. Pada saat itu mereka tidak mempunyai apa-apa, hanya mempunyai empat ekor kerbau saja," jelasnya.
Namun menurut Kiai Safrudin setelah berdiskusi, atas izin suaminya apapun hambatannya tetap bertekad membuat saluran air.

Yuyu nekad menjual kerbau-kerbaunya dengan harga Rp400.000, dan hasil dari penjualannya belikan alat untuk menggali terowongan seperti linggis, balincong, pahat batu dan palu.
Setelah alat-alat terkumpul bersama keluarganya proses penggalian dilakukan dengan kondisi meda penuh dengan bebatuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: