Usaha Genteng Jatiwangi Makin Terpuruk

MASA JAYA: Usaha genteng Jatiwangi mengalami masa kejayaan sekitar tahun 1998-an. Kini kondisinya mulai terpuruk karena kesulitan bahan baku dan tenaga kerja. -Almuaras-Radarmajalengka.com
MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.ID - Industri usaha genteng di Kecamatan Jatiwangi semakin terpuruk, dan tidak sedikit yang gulung tikar. Kondisi itu dituturkan seorang pengusaha, H Enceng Budihartono SPd.
Menurut pengusaha genteng asal Desa Burujul Wetan Kecamatan Jatiwangi ini, para pengusaha genteng semakin kesulitan dan kelimpungan untuk mencari bahan baku berupa tanah.
“Kami mengalami kesulitan mencari tanah sebagai bahan baku utama karena lahan untuk produksi genteng semakin menipis. Kami juga kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja, karena warga lebih memilih kerja ke pabrik garmen dan industri lainnya ketimbang kerja di jebor,” tutur pria yang menjabat Sekretaris Assosiasi Pengusaha Genteng Jatiwangi (Apegja) ini.
Menurutnya, tidak sedikit pengusaha genteng yang menghentikan usaha produksi genteng dan memilih lahannya untuk pabrik lainnya karena harganya relatif lebih tinggi.
Namun demikian, di tengah himpitan persoalan yang menerpa usaha genteng yang puluhan tahun sudah dijalaninya, pesanan semakin meningkat.
BACA JUGA:Covid-19, Lima Warga Meninggal
“Justru sekarang ini banyak pesanan genteng tapi stok genteng sedang kosong, sehingga bila membutuhkan harus inden atau menunggu 10 hari hingga dua mingguan,” ujar H Enceng.
Dijelaskan dia, harga pasaran genteng morando glazir untuk kualitas baik saat ini sekitar Rp4 ribu hingga Rp4.500 perbuah.
Enceng mengaku melihat usaha genteng yang kian terpuruk, akhirnya banting stir dengan membuka usaha kafe, Kedai Rumah Duren.
“Bekas tungku pembakaran genteng ini, kami rombak untuk jadi usaha resto,” ujar H Enceng.
Hal senada diungkapkan pengusaha genteng asal Burujul Kulon, Acun. Diakuinya usaha genteng Jatiwangi semakin mengalami penurunan.
Usaha genteng Jatiwangi mengalami masa kejayaan sekitar tahun 1998-an. Genteng Jatiwangi merupakan produk atap yang utama dan sangat kuat dibandingkan dengan produk lainnya.
BACA JUGA:Pemdes Weragati Beri Lala Kadeudeuh
“Selama masih ada bahan baku dan orang yang kerja, kami akan terus produksi genteng. Karena, genteng Jatiwangi sudah terkenal ke seantero nusantara,” ujarnya.
Sementara pemilik MR Putra, H Bambang Siswanto mengakui memilih untuk menghentikan industri genteng dan beralih ke usaha lain. “Saya memilih untuk tidak produksi genteng lagi karena semakin berat,” ujarnya.
BACA JUGA:Bawaslu Raih Penghargaan Tingkat Nasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: