Dikecewakan, Juara Paralimpiade Tokyo Asal Majalengka Ternyata Ketua NPCI Tasikmalaya

Dikecewakan, Juara Paralimpiade Tokyo Asal Majalengka Ternyata Ketua NPCI Tasikmalaya

MAJALENGKA - Nama Kabupaten Majalengka kembali harum di tingkat internasional. Kali ini melalui Hary Susanto di ajang Paralimpiade Tokyo 2020, di Yoyogi National Stadium Jepang, Minggu (5/9). Bersama pebulutangkis putri asal Riau Leani Ratri Oktila, Hary meraih medali emas ganda campuran setelah mengalahkan pasangan Perancis  Lucaz Mazur/Faustine Noel.

Hary sendiri merupakan atlet disabilitas kelahiran Kecamatan Maja, 25 Januari 1975. Hary Susanto dan Leani Ratri Oktila bertanding dalam final nomor ganda campuran SL3-SU5. Keduanya harus bekerja keras sebelum memastikan kemenangan dengan skor 23-22, 21-17.

Sepanjang karirnya, Hari telah berhasil meraih medali dalam perhelatan nasional dan internasional. Prestasi nasional yang dia raih di antaranya 3 medali emas Pekan Paralympic Nasional (Peparnas) Kalimantan Timur 2008, 2 medali emas dan 1 perak Peparnas Riau 2012, dan 3 emas Peparnas Jawa Barat 2016.

Sementara prestasi internasional di antaranya 1 medali emas dan perak Pespic Games Malaysia 2006, 3 emas ASEAN Paragames Thailand 2007, 3 emas ASEAN Paragames Malaysia 2009, 1 emas dan perak Asian Paragames Guangzhou China 2010, 1 emas, perak, dan perungu Indonesia Open 2014, serta yang terbaru 1 emas Paralimpiade Tokyo 2020.

Meski banyak media menyebutkan Hary adalah atlet asal Majalengka, namun tidak banyak yang tahu Hary terakhir membela Majalengka di event-event olahraga disabilitas khususnya Pekan Paralympic Daerah (Peparda) yang setingkat porda di Peparda 2010 Bandung. Hary diduga kecewa dan pindah ke Kabupaten Tasikmalaya.

Hal tersebut disampaikan Ketua National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Majalengka, Hendry Indra Gumilar, kemarin (6/9). Hary saat Peparda 2010 di Bandung menurutnya dijanjikan bonus Rp25 juta, tapi hanya diberi Rp6 juta dan tidak diterima oleh Hary. Hary kemudian memutuskan membela Kabupaten Tasikmalaya.

“Saat Peparda tahun 2014 di Kabupaten Bekasi, Kang Hary sudah membela kontingen Kabupaten Tasikmalaya. Saya bahkan pernah bermasalah dengan NPCI Jawa Barat, mempertanyakan status Kang Hary,” terang Hendry.

Tidak hanya menjadi atlet, bahkan di Peparda tahun 2018 Kabupaten Bogor, Hary juga tercatat sebagai Ketua NPCI Kabupaten Tasikmalaya. Bahkan NPCI Kabupaten Tasikmalaya melalui wakil ketua NPCI menyebutkan, selain Hary sebagai ketua NPCI, ada satu lagi atlet Kabupaten Tasikmalaya yang meraih medali di Paralimpiade Tokyo yakni medali perak melalui Dheva Anrimusti.

Ketika ditanya mengenai status Hary, Hendry menegaskan tidak ada masalah secara pribadi. Bahkan, sebagai sesama pembina olahraga disabilitas, Hendry sangat bangga atas prestasi Hary yang juga pernah membela Majalengka di Peparda 2006 Karawang dan Peparda 2010 Bandung.

Justru dari kasus Hary, Hendry kembali mempertanyakan kepedulian Pemkab Majalengka terhadap penyandang disabilitas, khususnya di bidang olahraga. Bahkan, saat ini ada nama Maman, yang juga tercatat sebagai atlet pelatnas NPCI cabor bulutangkis yang poinnya tidak memenuhi syarat lolos Paralimpiade.

Selain itu, ada 7 atlet NPCI Majalengka juga masih masuk dalam tim pemusatan latihan daerah (pelatda) NPCI Jawa Barat yang disiapkan untuk berlaga di Pekan Paralympic Nasional (Peparnas) 2020 di Papua. Termasuk Hendry yang ditunjuk NPCI Jawa Barat sebagai manajer tim renang Peparnas.

“Selama ini kami mempertanyakan apakah ada uang saku jika atlet daerah membela Jabar atau nasional, termasuk apakah ada uang bonus untuk atlet berprestasi,” tanya Hendry.

Bahkan saat melakukan audiensi Maret 2021 lalu, pemerintah sempat menjanjikan sekretariat untuk NPCI, tapi sampai saat ini tidak terwujud. Jika KONI selalu mendapat anggaran, namun NPCI yang terpisah dari KONI sejak tahun 2015 sampai saat ini belum pernah menerima anggaran pembinaan.

Pihaknya juga tidak menampik sempat tersiar kabar unjuk rasa dari atlet penyandang disabilitas. Bahkan, menurutnya agenda tersebut bukan batal tapi ditunda. Dia juga tidak membantah atletnya menerima bonus saat berprestasi di Peparda 2018 lalu, namun menurutnya anggaran pembinaan jauh lebih penting dan sangat dibutuhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: