Ditambahkan Aang, selama sepekan itu truk sampah mengangkut gundukan sampah-sampah yang ada di TPS untuk kemudian di buang ke TPA Heuleut.
Aang lantas mewujudkan bahwa pengelolaan sampah di TPS-nya harus lebih efektif. Minimalnya bisa habis di TPS dan tidak dikirim ke TPA Heuleut. Akhirnya dibantu oleh dua orang warga yang setiap hari mengelola sampah dilokasi itu, selama satu tahun terakhir ini Desa Leuwimunding tidak lagi menyumbang sampah-sampah ke TPA Heuleut.
"Sementara ini yaitu penanganannya bagaimana kita berupaya agar tidak ada lagi sampah di desa dan tidak menimbulkan permasalahan baru. Adapun nilai ekonomis itu sebuah bonus," imbuh Aang.
Aang mengaku jangka pendek penanganan sampah di desa Leuwimunding sendiri yakni habis di bakar. Ini belum dapat memaksimalkan karena minimnya alat atau teknologi pembakaran yang baru.
"Tujuannya sih bukan hanya bisa habis dibakar saja, tetapi di kelola supaya ramah lingkungan. Saat ini baru ada tungku pembakaran saja. Kedepan kita juga sudah memikirkan agar menyiapkan teknologi tungku pembakaran dapat mengeluarkan uap bukan lagi mengeluarkan asap," tegas Aang.
Menurut dia, teknologi baru tungku pembakaran sampah memang sudah ada di Bogor. Pengadaannya cukup besar. Saat ini di TPS tersebut baru menggunakan tungku biasa meski tidak dapat maksimal karena tingginya volume sampah yang masuk.
Sementara ini, Aang mengaku banyak permintaan dari beberapa desa lainnya terkait sampah agar dapat dikelola di TPS-nya. Namun dia menolak karena alat yang belum maksimal. Selama ini pihaknya hanya menggunakan dua pipa pembakaran menggunakan blower. Dua tungku yang ada saat ini tidak bisa habis.
"Kita pakai dua pipa pembakaran menggunakan blower. Kalau pakai dua tungku sudah tidak bisa habis lagi karena tidak maksimal. Karena sampah itu masuk setiap harinya ke TPS," beber Aang.