Depok Ber-amal, Majalengka Ber-amil

Depok Ber-amal, Majalengka Ber-amil

E. Peby Nurul Sadid, S. Pd. Demisioner Kabid PA HMI Kab. Majalengka.--

Oleh : E. Peby Nurul Sadid, S. Pd.

Demisioner Kabid PA HMI Kab. Majalengka.

Menanggapi program kegiatan Gema Insan yang digagas oleh Bupati Majalengka melalui BAZNAS dalam perayaan Hari Jadi Majalengka yang ke-535 telah menuai Pro dan Kontra.

Bagaimana tidak? Seperti biasa, setiap pemimpin yang terpilih disetiap tingkatan baik Pusat ataupun Daerah selalu menunjukkan kinerja dan implementasi visi dan misi diawal masa jabatannya, tidak terkecuali Gubernur Jawa Barat. Kita melihat berbagai kebijakan Gubernur Dedi Mulyadi dalam 100 hari kerjanya, saat ini telah berhasil mendapatkan tingkat kepuasan sangat tinggi.

terlebih respon dari kalangan mustadl'afin seperti jompo, fakir miskin, dan anak yatim, kita tahu bahwa mereka sangat merasakan kehadiran seorang Gubernur terhadapnya tanpa harus mengajak Infaq dan Shodaqoh dari warga yang lainnya.

BACA JUGA:Gerakan GEMA INSAN: Kebaikan yang Menyatukan

Bak gayung bersambut, Wali Kota Depok telah melakukan kesinambungan pola kepemimpinan saat merayakan HUT Kota Depok ke-26 tahun ini, seolah pihaknya ingin memberikan hadiah kepada warganya, Wali Kota Depok menggagas program subsidi untuk pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan bagi Masyarakat Kota Depok yang Nilai Objek Pajaknya dibawah 200 juta.

Hal ini menjadi salah satu gebrakan kongkrit dari seorang Pemimpin dalam upaya mengentaskan beban warganya tanpa harus mengajak Infaq dan Shodaqoh dari warga yang lainnya.

Berbeda dengan pola kepemimpinan Bupati Majalengka, dalam perayaan HUT Daerahnya, Bupati justru mengajak warganya untuk berinfaq dan bershodaqoh, kemudian hasilnya akan dibagikan kepada kelompok masyarakat rentan, disini kita tidak menemukan implementasi konsep kepemimpinan yang seharusnya mampu berkesinambungan seperti dari Gubernur Jawa Barat kepada Wali Kota Depok tadi.

BACA JUGA:Fawwaz Fathurahman, Hafidz Muda Asal Majalengka Diterima Jalur Prestasi di Unimus dan UII

Semua ini tidak dalam kepentingan menyalahkan ajakan Infaq dan Shodaqoh, karena bagaimanapun sesuatu yang dibungkus dengan agama akan menghasilkan keindahan, kami hanya menilai sebuah pola kepemimpinan, menatap antara Pemprov Jabar dan Pemkot Depok yang saling menutup, sementara Majalengka masih sekedar menitip, atau dengan diksi lain bahwa Pemprov Jawa Barat dan Pemkot Depok sudah ada ditahap Amal, sementara Pemkab. Majalengka hanya mampu menjadi Amil, meski kita tahu bahwa pendukung gerakan ini akan menjawab bahwa Amil juga sedang Beramal, padahal beramal akan tetap sah tanpa harus mengandalkan Amil. 

Walhasil, gerakan ini berpotensi menjadi salah satu kegiatan inkonsistensi dengan slogan Langkung Sae yang menjadi tema kepemimpinan di Majalengka saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: