Langkung Sae Tanpa HIV/AIDS: Jalan Baru Majalengka Menuju Sehat dan Religius

Sandi Jafar--
Penulis: Sandi Jafar
HIV/AIDS menjadi isu global yang merupakan tantangan serius bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Oleh karena itu, penanggulangan masalah ini tidak dapat sepenuhnya dibebankan pada lembaga kesehatan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Pemerintah, mulai dari presiden hingga kepala daerah, perlu mengeluarkan kebijakan yang serius dan dituangkan dalam bentuk peraturan tertulis guna menangani persoalan ini secara efektif.
Secara umum, masyarakat memahami bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang sering dikaitkan dengan pola hidup bebas, seperti pergaulan seks bebas antara laki-laki dan perempuan serta penggunaan narkoba dengan jarum suntik. Secara ilmiah, AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Para ahli kesehatan menjelaskan bahwa HIV dapat berkembang menjadi AIDS, yang merupakan jenis penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Akibatnya, tubuh menjadi lemah dan rentan terhadap infeksi serta penyakit serius lainnya.
BACA JUGA:Miris! Kasus HIV/AIDS Capai 822, Pelajar dan Mahasiswa di Majalengka Tertular
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, pada tahun 2020, jumlah orang yang terinfeksi HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia mencapai 519.158 orang pada bulan Juni 2022. Sebagai perbandingan, di Kabupaten Majalengka, kasus HIV/AIDS banyak menyerang pelajar dan mahasiswa, dengan jumlah mencapai 822 orang.
Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian serius, karena angka ini bisa saja berkontribusi pada angka nasional yang disebutkan oleh Kemenkes RI. Bila tidak ditangani dengan baik, jumlah ini dapat terus bertambah, mengingat Kabupaten Majalengka kini memiliki akses sosial yang cepat dan mudah, seperti bandara internasional, jalan tol, serta pabrik-pabrik besar yang menarik tenaga kerja dari luar daerah.
Faktor Penyebab Penyebaran HIV/AIDS
Menurut media Indonesia, kurangnya akses informasi yang akurat tentang HIV dan pencegahannya, terutama di kalangan remaja, menjadi faktor penyebab penyebaran HIV/AIDS. Terutama, pendidikan yang memadai tentang perilaku seksual yang aman serta pengujian HIV yang tepat, yang masih belum diterima secara maksimal oleh para remaja. Ini menyebabkan remaja rentan terhadap infeksi.
Pada Mei 2025 ini, pemerintahan baru di Majalengka, yang dipimpin oleh pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih, H. Eman dan Dena, genap berusia 100 hari. Harapan besar tertuju pada kepemimpinan mereka untuk menyelesaikan berbagai masalah di daerah ini, salah satunya adalah penyebaran HIV/AIDS, yang kini menjadi musuh bersama. Dalam visi-misi mereka yang disampaikan pada Pilkada, pasangan H. Eman dan Dena mengusung tema "Majalengka Langkung Sae" yang berarti "Majalengka yang Lebih Baik." Visi ini mencakup kemajuan di berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal kesehatan dan moralitas.
Pembangunan daerah tidak hanya berfokus pada infrastruktur, tetapi juga pada pembangunan moral dan akhlak masyarakat, yang sudah menjadi ciri khas Majalengka yang religius. Hal ini harus dijaga dan dirawat oleh siapapun yang memimpin Majalengka.
Upaya Pencegahan
Saleem, Koordinator Nasional Inti Muda Indonesia, menyebutkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sangat penting untuk mencapai target mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030. Kolaborasi ini menjadi harapan besar untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS, tidak hanya di Majalengka, tetapi juga di seluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: