Mahasiswa KKN-T Unma dan TPPS Tekan Angka Stunting Melalui Program Dashat di Desa Koreak

Mahasiswa KKN-T Unma dan TPPS Tekan Angka Stunting Melalui Program Dashat di Desa Koreak

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Universitas Majalengka (Unma) berkolaborasi dengan TPPS Desa Koreak kecamatan Cigandamekar kabupaten Kuningan mengadakan program Dashat--

Menurut dia, kolaborasi yang dilakukan mahasiswa KKN-T Unma juga memberikan bagaimana menu makanan yang diberikan kepada anak harus ada komposisinya. Baik dari karbohidrat, protein (hewani nabati) dan juga susu. 

 

"Semua enggak yang harus dituliskan kecuali kalau ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) yang khusus makanannya dan menu yang dibuat kekinian. Jadi sebetulnya makanannya tuh nggak ada yang khusus justru bervariasi, sebelumnya makanan itu hanya sayur sebagai lauk dan buah," beber Widya. 

 

Menurut Widya, mahasiswa KKN-T Unma juga memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu di desa Koreak tentang tidak semua makanan harus diolah menjadi satu makanan. Akan tetapi bagaimana agar tidak bosan dan anak pun jadi familiar dengan makanan tersebut. 

 

"Yang sebelumnya kata ibunya tidak biasa makan makanan seperti itu jadi terbiasa, karena kebiasaan seorang ibu kalau anaknya nggak suka malah dihindari jadi enggak suruh makan sedikitpun," jelas Widya. 

 

Menurut Widya, di desa Koreak juga ada beberapa anak yang tidak makan nasi sehingga harus diberikan pengganti karbohidratnya ke yang lain bukan hanya kentang aja, melainkan makanan harus sesuai dengan kebutuhan dan usia balita itu sendiri. 

 

"Semua menu telah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan diberikan oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes). Contoh menu makanan PMT diantaranya rice bowl, ikan, kentang, puding srikaya, telur, dan lain sebagainya," tukas Widya.

 

Sementara itu, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Umar Dani SP MP menambahkan dengan adanya kolaborasi antara TPPS desa Koreak bersama mahasiswa KKN-T Universitas Majalengka (Unma) hasilnya terdapat perbedaannya dari mulai sebelum dan sesudah.

 

“Hal ini didukung karena adanya tenaga ahli, dan yang kedua Ibu menjadi trainer. Berbeda ketika saat masak sendiri jadi enggak ada yang ibu perhatikan seperti takarannya harus segini persen dan itu segini gram. Disini kita berikan penyuluhan yang dimengerti ibu-ibu," tambah Umar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: