Kemarau, Petani Sudah Tidak Bertani Beralih ke Palawija pun Tetap Merugi

Kemarau, Petani Sudah Tidak Bertani Beralih ke Palawija pun Tetap Merugi

KERING KERONTANG: Petani di Desa Cikoneng Kecamatan Sukahaji terpaksa membiarkan lahan mereka yang kering kerontang dan tidak bisa ditanami lagi.-PAI SUAPRDI-Radarmajalengka.com

MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.COM - Belum ada tanda-tandanya turun hujan, membuat sejumlah petani di Majalengka kian sengsara. Pasalnya sebagian besar para petani kini harus gigit jari karena tidak bisa bercocok tanam atau berladang, itu artinya mereka tidak memiliki pendapatan sehingga perekonomian para petani pun semakin morat-marit.

Salah satunya seperti para petani di Desa Cikoneng Kecamatan Sukahaji yang terpaksa membiarkan lahan mereka yang kering kerontang dan tidak bisa ditanami lagi. Bahkan saluran irigasi yang sempat menjadi harapan bagi mereka untuk sekadar mengaliri lahan sawah ikut kering tak ada setetes air pun yang tersisa.

Suryana salah seorang anggota kelompok tani di desa tersebut mengatakan, kondisi tersebut sudah terjadi sejak empat bulan terakhir. Tepatnya pasca musim panen kedua, pasokan air irigasi pertanian terus menyusut seiring dengan musim kemarau panjang. Akibatnya para petani kesulitan untuk melakukan masa tanam ketiga, dan memilih membiarkan lahan kosong tanpa ditanami apapun.

Awalnya sebut dia, pihaknya berpikir untuk mencoba mengalihkan komoditi tanaman, dengan menanam palawija, seperti singkong, ubi dan lainnya. Namun hal itu juga urung dilakukan karena selain harga ubi dan ketela atau singkong yang turun, pasokan air tetap harus terjaga di awal musim tanam, sementara kondisi air sudah sangat sulit.

BACA JUGA:Menu Favorit Kartika Sari Bolen Beragam Varian Rasa Dapat Menarik Wisatawan

“Sebenarnya kami juga sudah berpikir untuk mencoba menanam palawija, agar kami tetap mendapatkan penghasilan. Namun setelah dihitung-hitung ternyata costnya juga tinggi dan kebutuhan air juga tetap tinggi terutama saat awal musim tanam. Akhirnya kami membatalkan rencana itu dan membiarkan kondisi areal pertanian kami sambil menunggu musim penghujan agar bisa segera ditanami kembali,” paparnya.

Untuk menutupi kebutuhan ekonomi selama menunggu musim hujan dan musim tanam, Suryana mengaku terpaksa bekerja serabutan maupun dengan cara mencari pinjaman, dengan resiko piutangnya semakin besar.

“Mau bagaimana lagi, soalnya bisa dilihat sendiri kondisi  kekeringan yang menimpa areal pertanian di desa kami sudah sangat memprihatinkan dan sangat sulit untuk bisa ditanami, baik palawija maupun padi,”ucapnya.

Berbeda dengan wilayah pertanian di Sukahaji, kondisi pertanian di Kecamatan  Sindangwangi menurut Agus Supriyadi, Kasi Ekbang Desa Lengkong Kulon masih tergolong lebih bagus. Saat ini di kecamatan itu hanya ada beberapa desa saja yang mengalami kekeringan. Di antaranya adalah sebagian areal pertanian di Desa Ujungberung dan Balagedog. Sisanya kata dia para petani di Kecamatan itu masih bisa melakukan masa tanam ketiga.

BACA JUGA:Rekomendasi Oleh-Oleh Produk Olahan Kartika Sari

“Alhamdulilah kalau di Sindangwangi sendiri kondisi pertaniannya masih terjaga, suplai air irigasinya juga masih cukup baik meski sedikit berkurang. Namun tidak sampai mengganggu masa tanam. Hanya saja ada sebagian kecil area pertanian di Ujungberung dan Balagedog yang mengalami kekeringan. Tapi itu tidak mempengaruhi hasil produksi pertanian secara keseluruhan di Sindangwangi,”paparnya.

Sementara itu, Rahmat Hidayat salah seorang anggota KTNA Majalengka berharap pemerintah segera membuat terobosan guna mengantisipasi kemarau di tahun tahun mendatang, dengan membangun embung-embung atau bendungan di wilayah rawan kekeringan. “Diharapkan nantinya embung embung itu akan mampu memenuhi kebutuhan air irigasi pertanian saat musim kemarau tiba,”pungkasnya. (pai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: