Asalnya Utara Pacitan di Pegunungan Kalak, Ada 3 Tongkat Komando Bung Karno, Simak Saja Kisahnya
--
RADARMAJALENGKA.COM-Sebanyak 33 ribu peserta direncanakan akan hadir dalam Konsolidasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP di Stadion Jatidiri Kota Semarang pada Jumat malam, 25 Agustus 2023.
Ketua DPP PDIP Puan Maharani menghadiri acara Konsolidasi Semangat Menuju Pileg dan Pilpres di Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, Jumat malam (25/8).
Puan tampak mengenakan pakaian berwarna hitam, dan berjalan menuju panggung utama sambil memegang tongkat komando.
Ketua DPR RI itu menuturkan, tongkat komando yang dibawanya itu merupakan tongkat yang diamanahi Bung Karno agar dapat berjuang demi bangsa Indonesia.
“Tongkat ini adalah simbol amanat dari Bung Karno agar kita berjuang untuk bangsa dan negara,” kata Puan.
Siapa yang tak tahu? Presiden RI pertama, Ir Sukarno yang akrab dipanggil Bung Karno memiliki penampilan khas yakni mengapit tongkat komando. Tongkat ini mulai dipakai Soekarno sejak 1952, tepatnya setelah peristiwa demonstrasi 17 Oktober 1952.
Roso Daras, penulis buku "Soekarno, Serpihan Sejarah yang Tercecer" menuliskan bahwa Bung Karno memiliki tiga Tongkat Komando yang bentuknya sama.
Satu tongkat yang ia bawa saat keluar negeri, satu tongkat untuk berhadapan dengan para Jenderalnya, dan satu tongkat lagi yang selalu ia bawa saat berpidato.
Dijelaskan Roso, kayu yang dibuat sebagai tongkat bukan sembarang kayu, melainkan kayu pucang kalak. Pucang adalah jenis kayu, sedangkan Kalak adalah nama tempat di selatan Ponorogo, atau utara Pacitan.
Di pegunungan Kalak terdapat tempat persemayaman keramat. Di atas persemayaman itulah tumbuh pohon pucang.
Ada begitu banyak jenis kayu pucang, tetapi dipercaya pucang kalak memiliki ciri khas. Salah satu cara untuk mengetes keaslian kayu pucang kalak, pegang tongkat tadi di atas permukaan air.
"Jika bayangan di dalam air menyerupai seekor ular yang sedang berenang, maka berarti kayu pucang kalak itu asli. Tetapi jika yang tampak dalam bayangan air adalah bentuk kayu, itu artinya bukan pucang kalak. Pucang biasa," ungkapnya.
Suatu malam Bung Karno didatangi orang dengan membawa sebalok kayu pohon Pucang Kalak yang ia potong dengan tangannya, balok itu diserahkan kepada Bung Karno.
"Untuk menghadapi para Jenderal..!! " kata orang itu. Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman Yogyakarta untuk membuat kayu itu menjadi Tongkat Komando.
Pada penulis biografinya Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Cindy Adams, Bung Karno berkata bahwa tongkat komandonya itu tidak memiliki daya sakti atau daya linuwih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: