Sempat Hilang, Warga Putridalem Kembali Gelar Ruwatan Desa

Sempat Hilang, Warga Putridalem Kembali Gelar Ruwatan Desa

MAJALENGKA - Masyarakat Desa Putridalem Kecamatan Jatitujuh menggelar ruwatan desa, Selasa-Rabu (15-16/6). Ruwatan desa dilaksanakan agar desa terhindar dari bahaya. Selain itu sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang selama ini tuhan berikan khususnya hasil pertanian yang selama ini melimpah.

Hiburan wayang kulit dipilih warga Desa Putridalem untuk memeriahkan ruwatan desa yang digelar selama dua hari tersebut. Selain pagelaran wayang kulit berbagai kesenian juga digelar. Warga antusias dengan berbagai kegiatan yang memiliki filosofi untuk keselamatan warga desa.

Kepala Desa Putridalem, Endah Hendrawati mengatakan, acara ruwatan desa rencananya digelar setahun sekali. Agenda tradisi tersebut menurut Endah sudah lama tidak digelar.

“Acara puncak ruwatan desa menampilkan berbagai kesenian daerah dan pameran. Kami juga akan menerbangkan 100 drone dibantu komunitas. Ruwatan dan bersih-bersih desa juga unik dengan membuat gunungan hasil bumi serta tumpeng. Nantinya akan ada 250 warga yang ikut upacara adat ruwatan,” ujar Endah.

Sementara Ketua Lembaga Adat Desa Putridalem Kecamatan Jatitujuh, Ustad Rojak mengatakan ruwatan desa berlangsung sejak Selasa  (15/6) dengan agenda doa bersama dan musik hadrah. Sedangkan pertunjukan wayang kulit adalah puncak dari rangkaian acara tradisi budaya di desa tersebut.

Rojak juga menjelaskan tujuan ruwatan desa murni melestarikan tradisi dan adat yang telah lama berkembang di masyarakat Putridalem. Namun, di kepemimpinan kades sebelumnya adat ini sempat hilang.

“Kita ambil nilai nilai positif dan luhur dari kearifan lokal pada tradisi budaya semacam ini sebagai panduan dalam hidup keseharian. Khususnya hidup bermasyarakat,” ujarnya.

Mayoritas warga Putridalem turut menghadiri ruwatan di pinggir Sungai Cimanuk tersebut. Ruwatan digelar lebih sederhana karena dilaksanakan dalam suasana pandemi. Arak-arakan tumpeng ditiadakan, tapi prosesi khataman Alquran dan ruwatan tetap digelar. “Nanti setelah doa yang dipimpin sesepuh kampung, tumpeng dimakan bersama,” pungkas Rojak. (iim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: